Pedagang SWK di Surabaya: Kami Bisa Mati Jika PPKM Diperpanjang!
SURABAYA, FaktualNews.co-Rencana pemerintah yang akan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat menggelisahkan pedagang Sentra Wisata Kuliner (SWK) di Surabaya.
Sebab, perpanjangan PPKM Darurat jelas akan memukul usaha mereka. Saat ini saja, dari total 48 SWK di Surabaya, dan masing-masing lokasi diisi sebanyak 20 sampai 90 stand di setiap lokasi, sebagian besar sudah hampir menutup usaha mereka.
Ketua SWK Deles Eko Busono, menyebutkan, pedagang akan benar-benar mati kalau PPKM Darurat diperpanjang. Karena, selama ini tidak ada solusi konkret dari pemerintah.
“Terutama dampak terhadap sektor ekonomi. PPKM Darurat bukan solusi menghentikan penyebaran Covid-19. Buktinya tingkat penularan masih tinggi,” kata Eko, ditemui di SWK Deles, Senin (19/7/2021) siang.
Eko menambahkan, saat PPKM Darurat ini saja, hampir seluruh pedagang menutup stand-nya di SWK Deles. “Kalau memaksa buka, tambah rugi karena pengunjung sepi. Jam buka hanya sampai sore, itupun tidak boleh makan di tempat,” terangnya.
Eko menegaskan, kalau PPKM Darurat diperpanjang, maka dengan terpaksa ribuan pedagang sentra kuliner di Surabaya akan turun ke jalan.
Ketua SWK Kapas Krampung Budi menambahkan, seharusnya pemerintah kota meringankan beban pedagang SWK dengan pembebasan pembayaran retribusi.
“Setidaknya ditangguhkan sementara di masa sulit seperti ini. Karena pembayaran retribusi makin menyulitkan kami. Padahal banyak dari kami yang tidak berjualan,” tambahnya.
Budi menyayangkan kebijakan untuk pembebasan retribusi itu harus meminta persetujuan Wali Kota Surabaya. “Kami ini ibaratnya anak pemkot. Kok orang tuanya tidak proaktif,” terangnya.
Di kesempatan yang sama Suharno Ketua SWK Wonorejo membandingkan PPKM Darurat dengan PSBB. Menurutnya PSBB dianggap berhasil karena penularan Covid-19 turun, sedangkan ekonomi tidak mati. Tidak seperti saat ini.
“Karenanya kami berharap ada kelonggaran seperti saat PSBB. Jam operasional pedagang sampai jam 10 malam. Penerapan prokes seperti pembatasan jumlah pengunjung. Sehingga kami para pedagang kuliner tidak mati,” pungkasnya.