Begini Pengalaman Jurnalis di Jombang Sembuh dari Covid-19 Delta
JOMBANG, FaktualNews.co – Memakai masker rangkap dua dan hampir tak pernah lepas, kini nampak sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh Anggi Fridianto, jurnalis dari media cetak Jawa Pos Group, Radar Jombang.
Selain itu, kedua tangannya pun nampak tak henti-henti mencuci telapak dan jari-jemarinya dengan handsanitizer. Siang itu, seperti biasa, Anggi mulai berangkat menemui narasumber. Aktivitasnya berburu ‘berita’ kembali membuat semangatnya terpacu setelah sekitar 14 hari dia harus beristirahat karena Covid-19.
Sejumlah peralatan kerja mulai disiapkan. Selain kamera, tangannya pun tak lupa meraih botol kecil yang ada dibagian samping tas kerjanya. Dia menyemprotkan handsanitizer itu ke kedua tangannya. Sebelum menyalakan mesin sepeda motor, tak lupa Anggi mengecek masker yang dia pakai. Setelah semuanya dirasa siap, diapun bergegas menemui narasumber yang sudah dia agendakan sebelumnya.
Sebagai seorang penyintas, pria 28 tahun ini pun seakan jera. Bagaimana tidak, pada pertengan bulan Juli lalu adalah hari-hari yang cukup berat baginya. Anggi dinyatakan positif covid-19. Hasil itu, memaksanya harus rehat untuk melakukan isolasi mandiri (isoman) selama 14 hari. Itulah sebabnya, dia harus ekstra ketat membentengi diri dari paparan virus mematikan agar tidak kembali menginfeksi dirinya.
Pria yang sudah sekitar 5 tahun menjadi kuli tinta ini pun menceritakan pengalamanya bagaiaman awal mula dia terinfeksi virus corona. Sebelum terpapar, Anggi mengakui ikut merawat ibu mertuanya yang telah terinfeksi terlebih dulu. Hingga beberapa hari kemudian, nyawa orang tuanya itupun tak terselamatkan.
Beberapa hari kemudian, Anggi mengikuti tracing yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat. Hasilnya, dia dinyatakan positif covid-19.
“Awal yang terpapar covid ibu dulu, baru pada 15 Juli lalu saya ikuti tracing Dinkes dan saya dinyatakan positif (covid-19),” bebernya, Jumat (06/08/2021).
Awal menjalani isolasi mandiri, Anggi tidak merasakan gejala apapun. Baru beberapa hari kemudian dia mulai merasakan demam tinggi, pusing hingga kehilangan indera penciuman (anosmia).
Tanpa putus asa, Anggi terus berupaya sembuh. Dia pun terus mengkonsumsi vitamin dan jamu-jamuan herbal tradisional penambah imun tubuh. Usahanya tak sia-sia, genap 10 hari kemudian kondisinya mulai membaik dan dia sudah dinyatakan sembuh.
“Saran dari Dinkes saya terus minum vitamin. Setelah itu gejala turun lalu saya tes swab hasilnya negatif,” tandasnya.
Anggi pun menyelesaikan masa isolasinya hingga 14 hari. Kini, aktivitasnya kembali normal. Dia pun terus menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Anggi pun meminta kepada rekan seprofesinya agar tak kendor dengan protokol kesehatan.
“Masker dua lapis, ini yang saya pakai masker medis lalu diluarnya pakai masker kain, agar lebih aman dari ancaman terpapar lagi. Awalnya memang ada sesak, tapi lama kelamaan saya mulai bisa beradaptasi,” tuturnya.
“Untuk teman-teman yang bekerja dilapangan, rekan-rekan jurnalis agar patuhi prokes, bawa handsanitizer di setiap agenda, jaga jarak dengan narasumber, pakai masker dobel, sebab kondisi diluar sana lebih menghawatirkan,” imbuhnya.
Sementara, berdasarkan catatan, sejumlah awak media di Jombang pun tak luput dari infeksi covid-19. Dalam kurun satu bulan terakhir saja, ada 3 sampai 4 orang yang terpapar. Namun, kini kondisi semuanya sudah membaik dan dinyatakan sembuh.
Data di Dinas Kesehatan Jombang hingga tanggal 5 Agustus 2021 per jam 15.00 Wib tercatat angka komulatif kasus covid-19 sebanyak 9.983 kasus dengan total angka kematian 1.233 orang. Bahkan jika dilihat dari kasus baru, ada penambahan 50 angka kematian yang belum terinput dalam update data harian tersebut.
Hingga kini yang masih dirawat pun cukup banyak, tercatat 624 orang tersebar di sejumlah rumah sakit.
Dari 21 kecamatan yang ada, hampir semuanya masih berstatus zona merah. Kecuali Kecamatan Kabuh dan Ngusikan yang sudah berwarna oranye. Data ini menunjukkan bahwa tingkat penyebaran virus corona di setiap kecamatan masih terbilang tinggi, dimana setiap kecamatan tercatat lebih dari 10 kasus jika statusnya merah.