Hujan Perdana Jelang Malam Minggu, PKL Alun-alun Bondowoso Lesu
BONDOWOSO, FaktualNews.co – Rintik air langit turun bersamaan, Sabtu (11/9/2021) sore. Sebelum adzan Ashar bergema. Tidak begitu deras tapi butiran air itu jatuh menghujam bumi hingga lepas Maghrib.
Marta tegap duduk sembari menghibur Dony. Keduanya adalah Pedagang Kaki Lima (PKL) di alun-alun Ki Ronggo, Kabupaten Bondowoso.
“Gak bisa pulang ini, Don. Bukannya reda, malah makin deras. Hujan deras pertama di musim kemarau ini,” tutur Marta, penjual aneka minuman hangat dan Surma ini.
Warga Desa Sukowiryo, Kecamatan/Kabupaten Bondowoso ini sejak pukul 06.00 WIB membuka lapaknya di sisi barat alun-alun.
“Biasanya pulang ba’da Maghrib. Tapi Ashar masih hujan begini, sebentar lagi tutup. Siapa yang mau beli habis hujan deras? Lebih baik pulang,” tutur pemilik Angkringan Bunda tersebut.
Pada kondisi normal, ia bisa meraup pendapatan kotor Rp 500 ribu per hari. Jika sepi, maksimal Rp 200 ribu per hari.
“Biasanya malam Minggu banyak yang datang. Tapi, namanya rezeki tidak ada yang tahu. Tiba-tiba hujan deras. Ya harus diterima ikhlas. Kalau sudah biasa, gak kaget. Bagi yang gak biasa, mungkin lesu,” terang mantan pekerja di PLTU Paiton Probolinggo ini melempar senyum ringan.
Bola mata Marta melirik ke kanan. Memang ada barisan pemotor dengan gerobak di belakangnya. Mereka duduk termenung.
Ada yang mewarnainya dengan menelpon dan video call. Ada juga yang hanya memandangi langit penuh harap.
Produk yang dibawa bervariasi. Telur gulung, cilok, tanglor, bakso, cimol dan lainnya.
“Ah, nekatlah. Saya pulang saja,” sergah Dony, pedagang bakwan di samping Marta.
Di dalam etalase mini di atas gerobak yang dibawa, masih tersisa separo bakwan yang belum terjual.
“Mungkin di perjalanan pulang ada rezeki. Daripada menunggu di sini,” ucapnya optimis.
Berkah justru didapat oleh pedagang mie ayam yang berada dalam naungan sebuah bangunan.
“Mie ayam satu dan jeruk hangat satu, Bu,” pesan seorang pemotor usai memarkir motornya di tepi jalan itu.
Di dalam ruangan itu, sudah ada beberapa muda-mudi yang duduk bersama. Menikmati mie ayam dan minuman hangat sembari memandangi langit yang terus ‘menangis’ hingga petang. (Deni).