AFGHANISTAN, FaktualNews.co – Serentetan ledakan membuyarkan iring-iringan kendaraan Taliban di Jalalabad akhir pekan kemarin. Delapan orang tewas, di antaranya sejumlah anggota Taliban.
Pada Senin (20/9/2021), tiga ledakan susulan terdengar di kota yang dikenal sebagai benteng Islamic State Khorasan (IS-K) tersebut.
Eskalasi serangan oleh IS-K dilancarkan ketika Taliban mendapat tekanan internasional untuk meredam aktivitas terorisme di tanah airnya.
Para pemimpin Taliban membutuhkan pengakuan dunia untuk mengamankan kekuasaan, dan mengakses bantuan keuangan. Tapi status tersebut hanya bisa didapat jika Afganistan tidak lagi menjadi ladang terorisme, begitu syarat yang ditekankan Cina, Rusia dan bahkan jiran Pakistan.
“Kami pikir jika Taliban berkuasa, damai akan tiba,” kata Feda Mohammad yang kehilangan saudara kandung dan keponakannya yang berusia 10 tahun dalam ledakan pada hari Minggu (19/9/2021) di Jalalabad.
“Tapi nyatanya tidak ada perdamaian, tidak ada keamanan. Anda tidak mendengar kabar baru kecuali ledakan bom yang menewaskan si A atau B,” imbuhnya.
Kendati berbahaya, IS-K bukan prioritas utama Taliban yang terlebih dulu harus menjalankan pemerintahan sipil, di tengah kehancuran ekonomi dan sistem kesehatan, bencana kekeringan, kemiskinan serta kelaparan yang mengintai di Afganistan.
“Penderitaan kami sudah di puncak,” kata Abdullah, seorang pedagang di Jalalabad. “Masyarakat tidak punya pekerjaan, mereka menjual karpet untuk membeli tepung, sudah begitu ada ledakan dan Islamic State mengklaim bertanggungjawab,” tukasnya.
IS provokasi perpecahan Taliban
Serangan di Jalalabad menandakan “kebangkitan dramatis” Islamic State, kata Ibrahim Bahis, analis untuk International Crisis Group. “Bisa jadi akan tercipta konflik jangka panjang antara kedua kelompok.”
Saat ini kekuatan Taliban masih jauh melebihi IS-K, dan pakar meragukan kelompok teror itu akan mampu menciptakan ancaman eksistensial terhadap penguasa baru Afganistan. Tapi jika ledakan bom berlanjut, kata Franz Marty, analis di Kabul, “masalahnya akan menjadi besar.”
“Teror mengubah persepsi orang. Jika Taliban tidak bisa memenuhi janjinya menjamin keamanan, ini bisa mengubah sentimen publik, terutama di wilayah timur.”
Kawasan yang berbatasan langsung dengan Pakistan itu sejak lama menjadi sarang militansi etnis Pashtun. IS-K sendiri didirikan oleh pelarian Tehrik-e Taliban Pakistan (TTP), dan berekspansi dengan merekrut bekas gerilyawan Taliban.
Pembelotan kaum Islamis di tubuh Taliban semakin rajin dilaporkan sejak beberapa tahun lalu, terutama sejak Taliban mulai bernegosiasi dengan pemerintahan Presiden Donald Trump, dan sebabnya dianggap bersekutu dengan kaum kafir.
Analis di Soufan Center, New York, Senin (20/9/2021) melaporkan, kelompok Islamic State Khorasan “merupakan salah satu risiko paling serius bagi perpecahan di tubuh Taliban, terutama ketika kelompok ini berusaha mengkonsolidasikan kekuatan dan memainkan peranan besar di Afganistan.”
Laporan itu menyimpulkan, ketika Taliban disibukkan oleh perebutan kekuasaan antara kaum pragmatis dan ideologis, Islamic State makin giat merekrut gerilyawan di kalangan akar rumput.