Desa Claket Mojokerto Digadang-gadang Jadi Sentra Industri Bambu
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto menggadang-gadang Desa Claket, Kecamatan Pacet, sebagai sentra industri budidaya bambu.
Mengingat, bambu secara alami, memiliki keunggulan sebagai tanaman konservasi lingkungan yang menunjang ekosistem air. Sistem perakaran tanaman bambu yang rapat, akan membantu kestabilan lahan tanah yang ditumbuhi.
600 sumur resapan di Kabupaten Mojokerto yang biasanya tergenang saat musim hujan, saat ini sudah dilaporkan membaik karena manfaat bambu yang dibudidayakan.
Menurut Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati, Desa Claket sangat potensial sebagai sentra pembibitan bambu. Bahkan, bisa dikenal sebagi desa bambu. Masyarakat desa setempat dibimbing agar bisa memilah bambu yang produktif.
“Maksudnya, bambu yang sudah ditanam bisa menjadi manfaat. Seperti, menjadi bahan bangunan homestay, hingga cafe dengan nuansa bambu,” katanya saat menerima bantuan CSR dari BRI Kantor Wilayah Surabaya, di Indreng Genitri Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jumat (24/9/2021).
Ikfina memberikan contoh, misalnya kalau di Desa Bejijong, Kecalatan Trowulan, ada homestay bergaya Majapahit. “Nanti di Claket, homestaynya yakni pondok bambu,” tukasnya.
Lebih lanjut, ia berharap ke depannya bisa membawa Claket sebagai sentra pembibitan bambu bahkan bisa dikenal sebagai ‘desa bambu’. Bupati juga ingin agar program kerjasama ini terus berlanjut. Selain untuk melindungi alam, tentunya juga membawa dampak perekonomian warga sekitar.
“Jika program ini jalan, nanti bisa bermanfaat untuk perputaran roda perekonomian warga sekitar,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala DLH Kabupaten Mojokerto, Didik Chusnul Yakin menyampampaikan, berencana melibatan ibu-ibu Desa Claket dalam giat budidaya bambu tersebut sebagai bentuk usaha pemanfaatan bambu dari segi ekonomi.
“Kemarin kita mengajukan program pembibitan bambu skala keluarga, dengan sistem partisipasif. Ada penawaran kepada KK (kartu keluarga) dalam satu desa. dengan syarat 1 KK melakukan pembibitan sebanyak 2.166,” jelasnya.
Sementara itu, dibutuhkan 30 KK dalam satu desa. Dari 30 KK tersebut, target bibit bambu yang diperoleh sebanyak 64.980.
“Dengan MoU ini, kita dapat menerima bantuan untuk memberikan insentif kepada KK dengan imbalan Rp 2.250 per bibit. Selebihnya, dari CSR BRI kekurangannya akan kita tutup dengan anggaran yang ada,” terang Didik.