FaktualNews.co

Puluhan Desa di Jombang Rawan Bencana Klaster Gunung Kelud

Lingkungan Hidup     Dibaca : 679 kali Penulis:
Puluhan Desa di Jombang Rawan Bencana Klaster Gunung Kelud
FaktualNews.co/Muji Lestari/
Foto : Banjir luapan sungai Brawijaya di Bandar Kedungmulyo, tahun lalu (doc)

JOMBANG, FaktualNews.co – Sedikitnya 20 desa yang ada di Jombang, Jawa Timur, rawan bencana. Desa-desa ini berada di 4 Kecamatan yang ada di sepanjang aliran Sungai Konto. Di antaranya, Kecamatan Ngoro, Gudo, Bandar Kedungmulyo, serta Kecamatan Perak.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyebut, puluhan desa tersebut, masuk dalam klaster bencana Gunung Kelud.

“Sungai Konto merupakan jalur lahar dari Gunung Kelud. Nah, saat musim hujan, sungai tersebut rawan meluap hingga terjadi banjir. Sebanyak 20 desa itulah yang berada di sepanjang aliran Sungai Konto,” ujar Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kabupaten Jombang Syamsul Maarif, Senin (11/10/2021).

Dia menambahkan, 20 desa rawan bencana tersebut masuk dalam empat kecamatan. Rinciannya, Kecamatan Ngoro terdapat enam desa, yakni Ngoro, Genukwatu, Pulorejo, Banyuarang, Kauman, serta Desa Jombok.

Kemudian di Kecamatan Gudo terdapat empat desa yang rawan. Meliputi Desa Begasur Kedamean, Gudo, Wangkal Kepuh, serta Desa Pucangro. Lalu di Kecamatan Perak terdapat tiga desa, yakni Jatiganggong, Kepuhkajang, dan Sumberagung. Sedangkan di Kecamatan Bandarkedungmulyo terdapat tujuh desa rawan bencana. Masing-masing Desa Barongsawahan, Kayen, Gondangmanis, Bandarkedungmulyo, Mojokambang, Pucangsimo, serta Desa Brodot.

Untuk menghadapi datangnya musim hujan, desa-desa itu diminta meningkatkan kesiapsiagaan.

“Salah satu upaya yang kita lakukan adalah membentuk Destana (Desa Tangguh Bencana) di wilayah tersebut. Yakni desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana. Serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan,” imbuh Syamsul.

Destana juga memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman bencana di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan. Juga sekaligus meningkatkan kapasitas masyarakat demi mengurangi risiko bencana.

“Kemampuan ini diwujudkan dalam perencanaan pembangunan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas untuk pemulihan pasca keadaan darurat. Ini tadi sudah kita sosialisasikan ke masing-masing. Target kita paling lambat sudah terbentuk Destana di 20 desa itu,” lanjutnya.

Syamsul juga memastikan, jumlah desa rawan bencana tersebut jumlahnya bertambah. Pasalnya, masih ada daerah aliran sungai lainnya yang selama ini rawan banjir. “Diantaranya daerah aliran Sungai Gunting, Afvour Watudakon, Sungai Ngotok Ring Kanal, serta Sungai Marmoyo,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Mufid