Lingkungan Hidup

Hasil Penelitian, Perubahan Iklim Telah Terbukti Merugikan Kesehatan

SURABAYA, FaktualNews.co – Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia bukan sekedar merupakan abstraksi dari kemungkinan yang terjadi pada tahun-tahun mendatang.

Demikian peneliti, Lewis Ziska, menegaskan ketika memberikan warning bahwa negara harus mengambil tindakan cepat untuk melindungi kesejahteraan rakyat.

Pernyataan Ziska tersebut disampaikan menyusul temuan dari penelitiannya bahwa perubahan iklim sudah membuat banyak orang Amerika sakit.

“Efek perubahan iklim bukan hanya abstraksi, sesuatu yang akan terjadi bertahun-tahun dari sekarang,” kata Lewis Ziska, dikutip dari United Press International, Sabtu (30/10/2021).

“Itu terjadi hari ini, dan berdampak pada setiap aspek kesehatan Anda, mulai dari udara yang Anda hirup [lebih banyak asap, lebih banyak serbuk sari] hingga kualitas gizi makanan yang Anda makan [lebih sedikit protein],” kata profesor ilmu kesehatan lingkungan di Columbia University Mailman School of Public Health in New York City, tersebut.

“Namun saat ini, di tingkat federal, hampir tidak ada dana untuk mempelajari efek kesehatannya,” tambah Ziska.

“Kami tersandung bersama lilin, ketika kami membutuhkan lampu sorot untuk melihat — dan menanggapi — ancaman ini.”

Ziska termasuk di antara kontributor U.S. Brief yang menyertai Laporan tahunan Lancet Countdown on Health and Climate Change.

Sebuah tim besar internasional menghasilkan laporan, yang diterbitkan minggu ini di The Lancet. Tim itu berfokus pada tiga ancaman kesehatan terkait perubahan iklim: gelombang panas, kekeringan, dan kebakaran hutan.

Dibandingkan dengan 1986-2005, manula AS dan bayi di bawah usia 1 tahun mengalami lebih banyak hari paparan gelombang panas pada tahun 2020.

Kelompok-kelompok tertentu lebih mungkin terkena panas yang ekstrem, termasuk orang kulit berwarna, pekerja luar ruangan, narapidana dan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan, catat studi tersebut.

Kebakaran hutan di Amerika Serikat bagian barat sejalan dengan suhu yang lebih panas dan musim kebakaran hutan yang semakin lama.

Pada bulan September tahun lalu, insiden kebakaran hutan tahunan maksimum di AS mencapai puncaknya sekitar 80.000, delapan kali lebih banyak daripada tahun 2001.

Ada bukti yang muncul bahwa partikel halus — PM2.5 — dalam asap kebakaran hutan mungkin 10 kali lebih berbahaya bagi kesehatan manusia daripada PM2.5 dari sumber lain, yang meningkatkan risiko gangguan pernapasan pada anak-anak.

Juga telah ditunjukkan bahwa PM2.5 dari asap kebakaran hutan yang diintensifkan oleh perubahan iklim meningkatkan risiko tertular dan meninggal akibat COVID-19.

Kondisibtersebut juga memungkinkan virus melakukan perjalanan lebih jauh dan menyebabkan lebih banyak peradangan paru-paru.

Kekeringan juga merupakan ancaman kesehatan karena memperparah paparan panas, meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan infeksi, merusak kualitas air, dan memperburuk masalah kesehatan mental, terutama di daerah pedesaan.

“Data dalam laporan ini lebih dari sekadar statistik dan tren yang mengkhawatirkan,” kata penulis utama Dr. Renee Salas dalam rilis berita Lancet.

Dia merupakan ahli iklim dan kesehatan di Harvard Global Health Institute dan Harvard T.H. Sekolah Kesehatan Masyarakat Chan.

“Angka-angka ini mewakili pasien, seperti mereka yang mengalami serangan asma yang memburuk, penyakit Lyme, atau penyakit yang mengancam jiwa akibat panas yang ekstrem,” kata Salas.

Bertindak atas perubahan iklim adalah cara untuk meningkatkan kesehatan di Amerika Serikat dan memajukan kesetaraan, tambahnya.

Ringkasan tersebut menguraikan apa yang perlu dilakukan Amerika Serikat. Termasuk, kangkah-langkah yangbhatus dilakukan, misalnya, melakukan pengurangan cepat emisi gas rumah kaca dan meningkatkan pendanaan untuk perlindungan terhadap ancaman kesehatan terkait perubahan iklim.

“Perubahan iklim adalah nyata dan terjadi sekarang,” kata kontributor penelitian Dr. Cecilia Sorensen.

“Kabar baiknya adalah ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengubah arah yang kita tempuh,” lanjut dia.