Sains

Perubahan Iklim Bisa Bikin Makkah Tak Layak Huni, Ibadah Haji Jadi Berbahaya

FAKTUALNEWS.CO – Para ilmuwan menyebutkan suhu di kawasan Timur Tengah telah memanas dua kali lebih cepat dibandingkan bagian dunia lainnya.

Dampak yang paling parah kota-kota besar di daerah itu, seperti Makkah misalnya, terancam tak layak huni dan ibadah haji yang dilakukan setiap tahunnya akan berubah jadi situasi yang sulit dan berbahaya.

Berdasarkan laporan The Guardian, para ahli menyebutkan perubahan iklim membuat suhu rata-rata di seluruh Arab Saudi telah meningkat sebesar 2 persen, dan suhu maksimum sebesar 2,5 persen sejak tahun 1980-an.

Kondisi ini akan bertambah buruk jika para pemimpin di kawasan tersebut menutup mata pada dampak perubahan iklim.

“Ini adalah masalah yang sangat sulit,” kata seorang analis riset energi di Rice University Baker Institute, Jim Krane.

Jika kondisi saat ini tidak berubah, maka pada akhir abad ini, kota Makkah mungkin tidak layak huni. Perubahan iklim bisa membuat ibadah haji saat musim panas sangat berisiko dengan kondisi panas dan kelembaban cukup ekstrem membahayakan kesehatan.

Dalam penelitian yang dipublikasi pada tahun 2019, memproyeksikan suhu musim panas di wilayah sekitar Makkah dapat melampaui ambang batas tekanan pada temperatur bola basah 29,1 derajat celsius.

Temperatur bola basah adalah pengukuran yang menggabungkan suhu dengan jumlah kelembaban di udara.

Bahaya ibadah haji di suhu ekstrem

Para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menjelaskan, pada suhu 51 derajat celsius atau ambang batas bahaya ekstrem yang ditetapkan oleh National Weather Service, keringat tidak lagi menguap secara efisien, sehingga tubuh manusia tidak dapat mendinginkan dirinya sendiri dan menjadi terlalu panas.

Terpapar kondisi ini untuk jangka waktu yang lama, seperti selama ibadah haji, dapat menyebabkan stroke, merusak otak, jantung, ginjal, otot dan mungkin kematian.

Eltahir dan rekan-rekannya ingin tahu seberapa cepat dan seberapa sering suhu selama musim panas haji akan melewati ambang bahaya ekstrem. Para peneliti memeriksa model iklim historis dan menggunakan data masa lalu untuk membuat proyeksi di masa depan.

Proyeksi mereka memperkirakan tingkat panas dan kelembaban selama haji akan melebihi ambang batas bahaya ekstrem 20 persen pada tahun 2045 dan 2053, dan 42 persen antara tahun 2079 dan 2086.

Penulis penelitian menekankan bahwa proyeksi mereka dimaksudkan untuk tidak menimbulkan kecemasan di antara umat Islam yang ingin melakukan ibadah haji, tetapi untuk membantu mereka beradaptasi, dan mendorong pihak berwenang merencanakan haji yang aman.

“Hasil ini tidak dimaksudkan untuk menyebarkan ketakutan, tetapi dimaksudkan untuk menginformasikan kebijakan tentang perubahan iklim, baik dalam kaitannya dengan mitigasi maupun adaptasi” kata Eltahir dikutip Science Daily.