PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Kompetisi futsal yang rencana digelar di GOR Mastrip, Kota Probolinggo, dibatalkan sebelum dimulai, Kamis (18/11/2021).
Alasannya, pihak penyelenggara enggan melakukan tes swab antigen yang diminta KONI, untuk seluruh atlet yang bertanding.
Atas kejadian ini, ART Republic sebagai penyelenggara, mengaku kecewa.
Pembubaran ajang yang diikuti 15 klub futsal Kota dan Kabupaten Probolinggo ini diakui sendiri penyelenggara.
Johan Christiana nakhoda dari ART Republic mengaku kecewa dan bertekad tidak akan menggelar pertandingan futsal di kota Probolinggo lagi.
Sebenarnya kata Johan, dirinyalah yang membubarkan diri atau tidak melanjutkan even yang digelarnya. Alasannya, ia tersinggung dan merasa dipermainkan oleh KONI, sehingga tidak nyaman dilanjutkan.
“Awalnya, ketua KONI minta dibubarkan. Namun kemudian dianulir. Pak Dodik Ketua KONI Kota Probolinggo) minta even dilanjutkan, asal seluruh peserta ajang diswab antigen,” tegasnya.
Meski masih diberi ruang untuk tetap menggelar pertandingan di GOR Mastrip, namun Johan menolak. Alasannya, harga swab antigen yang awalnya Rp100 ribu, dalam hitungan menit turun menjadi Rp95 ribu.
Selain itu, ia tidak memiliki uang Rp15 juta untuk membiayai seluruh atlet futsal yang ikut berlomba atau bertanding.
“Kalau setiap klub jumlahnya 10 pemain plus cadangan kan total jumlahnya 150 orang. Ke-15 klub yang ikut turnamen. Kalau dikalkulasi Rp15 juta. Ini belum yang lain, seperti pelatih dan wasit,” jelasnya.
Ditanya perizinan, pria yang tinggal di Kabupaten Jember ini menyebut, sudah mengantongi izin dari Satgas Covid-19. Sedang Polres Probolinggo Kota, menurutnya, enggan memberi izin tertulis.
Hanya saja, menurutnyam Kapolres AKBP Wadi Syakbani, mempersilakan even digelar. Asal, penyelenggara menjaga keamanan dan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat serta menghindari kerumunan.
Terkait vaksinasi, Johan menyatakan, seluruh yang terlibat dalam ajang pencarian bibit dan peningkatan prestasi tersebut sudah divaksin.
Soal kerumunan kejuaraan yang memperebutkan hadiah senilai Rp10 juta tersebut, tidak ada penontonnya. Yang ada di Dalam GOR, hanya pemain dan pemain cadangan serta ofisial, wasit dan dari panitia.
“Saat pertandingan di dalam GOR tidak sampai 30 orang. Termasuk pemain yang bertanding,” katanya.
Johan mengatakan, sebelum kompetisi digelar, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Babinsa setempat dan Kapolresta serta jajarannya. Termasuk KONI. Hanya saja, katanya, tidak dengan ketuanya, tetapi dengan sekretarisnya yakni, Kukuh Suryadi.
“Saya sudah ngomong ma Pak Dodi. Kenapa saya enggak koordinasi dengan beliau. Karena saya tidak punya nomor HPnya,” ujarnya.
Atas pembubaran even yang digelarnya, Johan mengganti biaya pendaftaran ajang Rp400 ribu per klub. Sedang uang sewa gedung ke Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, sudah dikembalikan.
Dikatakan, uang sewa GOR 2 hari pelaksanaan event Rp3 juta. “Untuk persoalan administrasi dan keuangan sudah tidak ada masalah. Uang sewa GOR sudah dikembalikan. Uang pendaftaran sudah kami kembalikan,” tandasnya.
Johan berterus terang, baru kali ini gelaran eventnya dipermasalahkan. Padahal semenjak pandemi Covid-19, tidak ada permasalahan. Bahkan, saat level 4 pihaknya pernah menggelar even yang sama di sebuah kota dan tidak ada masalah.
Bahkan, ketua KONI setempat yang bertanggungjawab apabila saat pelaksanaan ada persoalan. “Kalau di sini lain. Padahal covidnya sudah level 2,” pungkasnya.
Ketua KONI Rahadian Juniardi (biasa disapa Dodik) yang kantornya berada di dalam GOR Mastrip, tidak ada di tempat saat coba dikonfirmasi.
Menurut beberapa pengurus KONI, Dodik baru saja meninggalkan kantornya. Hanya saja mereka tidak tahu tujuannya.
Saat dihubungi, selulernya aktif namun tidak ada respon. Begitu juga pesan singkat yang dikirim, tidak juga dijawab. Humas KONI Singgih Wijanarko saat dihubungi selulernya enggan berkomentar dengan alasan belum tahu duduk persoalannya.
Ia meminta waktu untuk menghubungi ketua terlebih dahulu. “Sudah kami telepon pak ketua. Tapi handphone-nya tidak aktif,” katanya singkat.