FaktualNews.co

Tasyakuran HUT PGRI di Kota Probolinggo Jadi Ajang Curhat Kekurangan Guru

Pendidikan     Dibaca : 828 kali Penulis:
Tasyakuran HUT PGRI di Kota Probolinggo Jadi Ajang Curhat Kekurangan Guru
FaktualNews.co/agus
Salah seorang kepala SDN di Kota Probolinggo yang menyampaikan curhat atau unek-unek

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Acara tasyakuran dan doa bersama memperingati HUT PGRI ke 36 yang digelar di Aula SMKN 2 Kota Probolinggo, menjadi ajang curahan hati (curhat) bagi sejumlah guru yang hadir, Kamis (25/11/2021).

Beberapa guru, bahkan kepala sekolah meminta, pemkot segera mengisi kekosongan guru di sejumlah SD Negeri. Tak tanggung-tanggung, SDN Kebonsari Kulon 1 Kecamatan Kanigaran, kekurangan 6 tenaga pengajar atau guru.

SDN Mayangan 1 kekurangan 4 guru, termasuk guru agama yang tidak bisa diwakilkan atau diajar oleh guru lain. Bahkan, kepala sekolahnya setiap hari menjadi guru kelas ditiga kelas.

Hal yang sama juga terjadi di SDN Sukabumi 2 kekurangan 4 pengajar.

Dari sekian sekolah yang curhat di acara yang digelar, Kamis (25/11/21) siang tersebut, kekurangan guru karena dipindah, meninggal, bahkan ada guru yang diangkat menjadi kepala sekolah di SDN lain.

Usai acara, sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat Agus Lithanta, enggan berkomentar banyak. Mengingat, persoalan tersebut menjadi domain kepala Dinas Maskur yang kini tengah berada di Solo (Surakarta) urusan Dinas. “Soal ini sudah ranah kepala Dinas,” ujarnya.

Meaki begitu mantan kepala SDN Sukabumi 2 ini menyatakan, Bagian
Ketenagaan masih melakukan pemetaan. Selain itu masih menunggu guru yang ikut pelatihan P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).

“Kekurangan guru ada yang karena meninggal. Soal siapa yang akan
mengganti, itu kan urusan tekhnis. Kami tengah memikirkan efek dominonya. Kalau guru yang mengajar di SDN lain, kemudian dipindah, kan SDN itu, kosong. Ya, bagaimana nanti supaya tidak terjadi pindah-memindah,” jelasnya.

Disinggung apakah kekurangan guru mengganggu proses belajar-mengajar, Agus mengatakan, tidak. Karena bisa diisi pengajar yang ada di sekolah tersebut. “SDN yang gurunya kosong segera akan diisi. Kalau pak Maskur datang, kami secepatnya melapor,” pungkasnya.

Sementara itu di tempat yang sama ketua PGRI Slamet Zainul Arifin mengatakan, sebelum menghadap ke kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, akan klarifikasi dan mencari informasi yang akurat soal curhat guru.

“Setelah itu kami mau menghadap pak Maskur. Untuk yang SMA, kami mau lapor ke kepala Cabang Dinas,” janjinya.

Terkait gaji GTT yang sudah naik Rp200 ribu sehingga menjadi Rp 1,2 juta setiap bulan, dirasa masih kurang atau belum cukup. Mengingat Upah Minumum Kota atau Kabupaten (UMK) Kota Probolinggo di atas Rp2 juta.

“Kami akan terus berjuang agar GTT sejahtera. Tentunya kenaikannya bertahap. Ya kami mohon bersabar,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah