TULUNGAGUNG, FaktualNews.co – Tren angka ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang terus meningkat di Tulungang menurut Komisi Penanggulanan AIDS (KPA) Kabupaten Tulungagung patut untuk diwaspadai.
Dikutip dari Antara, dalam tiga tahun terakhir, KPA Tulungagung mencatat terjadi lonjakan kasus sebanyak 720 orang. Bahkan dalam satu bulan pihaknya pernah temukan 59 kasus baru, atau rata-rata dua pasien dalam sehari.
Tak hanya itu, KPA Kabupaten Tulungagung juga menyebut kasus HIV/AIDS di wilayah kerjanya saat ini sudah menginfeksi sejumlah remaja usia 13-24 tahun karena perilaku seksual bebas.
“Angka prevalensinya sebenarnya tidak terlalu besar. Di bawah 10 persen, namun ini patut diantisipasi dan diwaspadai,” kata Sekretaris KPA Tulungagung, Ifada Nur Rohmania usai aksi simpatik membagikan bunga dan brosur pencegahan HIV/AIDS dalam rangka memperingati Hari AIDS se-Dunia di anjungan Sungai Ngrowo, Tulungagung, Rabu (1/12/2021).
Tren itu bahkan ditemukan hampir setiap bulan. Bahkan dalam satu hari, KPA pernah mengidentifikasi lima remaja yang positif HIV/AIDS melalui satu metode pemeriksaan di klinik VCT (Voluntaru Counseling and Testing).
Setelah dilakukan konseling secara mendalam, diketahui para remaja pengidap HIV/AIDS ini rata-rata telah melakukan hubungan seks bebas.
Bahkan ada yang mengaku beberapa kali gonta-ganti pasangan. “Rentang usia termuda dari 13 tahun sampai 24. Prosentase mereka di bawah 10 persen,” ungkap Ifada
Sejak terbentuknya KPA Tulungagung pada 2006 hingga sekarang, angka kasus HIV/AIDS di daerah itu tercatat sebanyak 3.045 orang.
Data kasus terus bermunculan setiap tahun. Tiga tahun terakhir, misalnya, KPA Tulungagung mencatat terjadi lonjakan kasus sebanyak 720 orang. Bahkan dalam satu bulan pihaknya pernah temukan 59 kasus baru, atau rata-rata dua pasien dalam sehari.
Temuan lainnya adalah ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) yang juga mengidap HIV. Dari datanya setidaknya ada lima ODGJ yang mengidap HIV. Dan dari lima ODGJ pengidap HIV/AIDS itu, dua di antaranya meninggal.
KPA Tulungagung terus meningkatkan kemampuan identifikasi kasus demi mendukung target WHO menuju dunia bebas HIV/AIDS pada 2030.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menemukan pasien sebanyak mungkin dan memberikan mereka akses pada ARV.
Dengan mengonsumsi ARV, pasien HIV bisa diobati hingga virusnya tak terdeteksi. “Jika tes viraload virusnya sudah tak terdeteksi, potensi penularan sudah sangat kecil. Ini yang kita kejar,” ujar Ifada.
Ifada menyebut perilaku seksual masih menjadi faktor tertinggi penularan HIV/AIDS di Tulungagung.