Masjid Agung Lhasa, Tempat Ibadah Muslim Pertama di Negeri Dalai Lama
LHASA, FaktualNews.co – Tibet yang berpenduduk mayoritas beragama Buddha, ternyata menyimpan sejarah interaksi dengan kaum muslim pendatang sekitar. Hasil interaksi tersebut sekarang dibuktikan dengan adanya sebuah tempat ibadah umat Islam di tengah ibu kota, yakni Masjid Agung Lhasa.
Tibet, sebuah negeri yang juga berada di lokasi geografis tertinggi di bumi dengan elevasi rata rata 4900 meter dari permukaan laut. Jauh lebih tinggi dari gunung semeru (3676mdpl) puncak tertinggi di pulau Jawa.
Dikutip dari blog Bujang Masjid, Tibet dulunya merupakan sebuah Monarki dengan agama Budha sebagai agama negara, pemimpin negaranya juga merupakan pemimpin tertinggi agama Budha, bergelar Dalai Lama.
Negeri dengan bangunan bangunan megah peninggalan Sang penguasa negeri atap dunia. Kota Lhasa kadang-kadang juga dijuluki sebagai “tempat bersemayam-nya para dewa”.
Sebuah bangunan istana monumental menjadi landmark dan tujuan wisata utama di jantung kota Lhasa, Istana Potala namanya. Dalam istana yang menyandang predikat sebagai istana kuno dengan lokasi geografis tertinggi di muka bumi itulah tempat bertahtanya Dalai Lama pertama hingga Dalai Lama terakhir.
Di tengah negeri yang kental dengan tradisi Budha ini, Islam telah eksis sejak hampir seribu tahun lalu, Masjid Agung Lhasa.
Masjid ini merupakan salah satu bukti eksistensi Islam di Tibet umumnya dan di kota Lhasa khususnya. Lokasinya yang berada di kota tertinggi di bumi menjadikan masjid Agung Lhasa sebagai masjid yang juga terletak di lokasi tertinggi di Bumi. Masjid di atap dunia.
Arsitektural masjid ini begitu unik dalam kesederhanaannya memadukan arsitektural Islam dengan arsitektural tradisonal asli Tibet dengan sentuhan tradisional Hui.
Sejarah Masjid Agung Lhasa
Masjid Agung Lhasa juga dikenal dengan nama Masjid Hebalin, karena lokasinya yang berada di kawasan Hebalin, di pusat kota Lhasa.
Masjid yang menjadi pusat komunitas muslim Hui di Tibet ini pertama kali dibangun pada tahun 1716M, di masa pemerintahan Kaisar Kangxi dari dinasti Qing. Pertama kali dibangun masjid Agung tersebut hanya seluas 200 meter persegi.
Bangunan masjid itu kemudian diperluas tahun 1793M ketika banyak tentara muslim yang menetap di Lhasa.
Bangunan masjid tersebut diketahui pernah luluh lantak akibat kebakaran di tahun 1959 dan kemudian dibangun lagi di tahun yang sama. Bangunan yang kini kita lihat di pusat kota Lhasa adalah bangunan setelah renovasi terahir tersebut.
Di bulan Maret tahun 2008, kawasan muslim quarter di Hebalin termasuk Masjid Agung Lhasa ini sempat dirusak massa pendemo anti China di Tibet.
Kawasan Hebalin dan Masjid Agung mengalami kerusakan di sana sini akibat rusuh massa. Polisi setempat sempat menutup kawasan tersebut, melarang siapapun masuk ke sana kecuali warga asli Hebalin dan muslim dari area lain yang akan menunaikan salat di Masjid Agung.
Secara tradisional kota Lhasa mengenal dua jenis masjid, “Masjid Besar” dan “Masjid Kecil”.
Masjid Agung Lhasa merupakan masjid besar, dikelola oleh muslim Hui, masjid ini memang dibangun oleh muslim etnis Hui, meskipun sebenarnya etnis manapun boleh menggunakan masjid ini. Namun karena letaknya yang berada di tengah tengah komunitas muslim Hui di kota Lhasa, masyarakat umum lebih mengenalnya sebagai masjidnya muslim Hui.
Masjid lainnya disebut masjid kecil (Lhasa Small Mosque) adalah masjid yang dibangun untuk para muslim pendatang dari Kashmir. Masjid kecil, pertama kali dibangun tahun 1863M.
Masjid ini berukuran 130 meter persegi dilengkapi dengan bangunan sekolah Islam dibangun tahun 1952 dan menginduk ke sekolah Islam di masjid Agung Lhasa.
Di sekitar Masjid Kecil, ada 63 keluarga yang tinggal disana termasuk 11 keluarga warga asing dengan total populasi sekitar 315 jiwa. Masjid Kecil Lhasa terletak di Balang Steet, Hebalin, Chengbing District, Lhasa.
Arsitektural Masjid Agung Lhasa
Masjid Agung Lhasa dibangun dalam arsitektural tradisional Tibet dengan bentuk bentuk lengkungan sirkular dan dua menara kecil menyatu dengan atap masjid di atap sisi depan masjid.
Dekorasi masjid didominasi oleh ukiran dan lukisan bunga bunga dan flora, dalam sentuhan warna biru. Arsitektur masjid ini cukup sederhana namun cukup menyolok diantara bangunan bangunan lain di pusat kota Lhasa. dua menara dan Kubah utama di atap masjid terlihat sampai jauh, memberikan nuansa lain di kota Lhasa.
Masjid Agung Lhasa memiliki tiga pintu masuk menuju halaman tengah nya. Seperti kebanyakan bangunan relijius di Tibet Masjid Agung Lhasa juga dilengkapi dengan sebuah pintu gerbang besar menuju halaman masjid.
Gerbang dengan arsitektural khas Tibet, mirip seperti gerbang sebuah vihara Budha. Ornamen gerbang ini didominasi polesan warna merah, lukisan floral, dan atap khas yang terdiri dari tiga undakan atap.
Pembedanya dengan bangunan keagamaan lainnya adalah sebuah papan nama besar dengan tulisan yang jelas. Tulisan itu dalam bahasa Indonesia berarti; “Masjid Agung Lhasa di Tibet”. Papan nama itu mencolok dengan ditulis tiga aksara sekaligus. Aksara arab serta dua aksara setempat.
Keseluruhan bangunan masjid ini menempati area seluas 2600 meter persegi termasuk bangunannya seluas 1300 meter persegi.
Bangunan utama nya terdiri dari ruang salat utama, dan bangunan penunjang termasuk bangunan bunker, menara air, kamar mandi, tempat wudhu dan lain lainnya. Ruang sholat masjid ini seluas 285 meter persegi terdiri dari ruang inti, dan ruang terbuka. Gedung bunker atau gedung Xuanli, merupakan bangunan utama masjid ini.
Interiornya sederhana, lantainya terbuat dari kayu yang ditutupi permadani berwarna merah berpola shaf demi shaf sholat. Di kanan kiri mimbar terpampang gambar Masjidil Haram dalam ukuran besar.
Satu hal yang unik dari masjid ini adalah adanya Tasbih yang banyak bertebaran di permadani disediakan oleh pengurus masjid untuk para jemaah, kebiasaan muslim Tibet bertasbih dengan suara yang agak keras tidak seperti di Indonesia yang biasanya bertasbih dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Jemaah Masjid Agung Lhasa yang sebagian besar adalah muslim Hui yang hadir di masjid dengan pakaian khas muslim Tibet berupa setelan jas dan celana warna hitam lengkap dengan peci putih.
Selain Masid Agung Lhasa dan Masjid Kecil Lhasa, masih ada dua Masjid Lagi di Kota Lhasa, yakni dua masjid yang dikelola oleh Muslim Khasmir, biasa disebut masjid Khasmiri (masjidnya muslim Kharsmir) yang berada di Gyangda Linka (taman Muslim) dan Masjid Khasmiri di pusat kota Lhasa.
Masjid Khasmiri dan muslim Khasmir di Lhasa memiliki sejarah yang unik, karena Gyangda linka (Taman Muslim) yang menjadi kampung muslim Khasmir pertama di Lhasa merupakan hadiah dari Dalai Lama ke-5 untuk muslim Khasmir.
Di seluruh wilayah Tibet ada 6 Masjid, selain dari 4 yang sudah disebutkan tadi masih ada satu masjid di Shigatze dan satu masjid di Changdu di bagian Timur Tibet.