TULUNGAGUNG, FaktualNews.co – Angka putus sekolah di Kabupaten Tulungagung meningkat. Hal itu merupakan dampak lain dari pandemi Covid-19. Bertambahnya jumlah orang miskin baru selama pandemi dan kurangnya pengawasan orang tua dalam pembelajaran daring, menjadi penyebab banyaknya pelajar putus sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dispendikpora), Rahardian Puspita Bintara, melalui Sekretaris Dispendikpora Tulungagung, Syaifudin Juhri mengatakan, jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, angka putus sekolah tahun ajaran 2020/2021 cendrung mengalami peningkatan. Naiknya angka putus sekolah merupakan imbas dari pandemi Covid-19.
“Kurangnya pendampingan orang tua saat siswa mengikuti pembelajaran daring, tentu membuat siswa tersebut malas. Selain itu, banyak orang tua yang kehilangan pekerjaannya, sehingga menjadi orang miskin baru dan tidak mampu membayar biaya sekolah anaknya,” jelasnya, Jum’at, (28/1).
Syaifuddin melanjutkan, selain pandemi, faktor akses sekolah serta pola asuh orang tua yang masih memandang pendidikan tidak penting bagi anaknya menjadi salah satu faktor lainnya penyebab putus sekolah.
“Siswa yang tinggal di wilayah pengunungan lebih banyak putus sekolah. Wilayah tersebut seperti Kecamatan Sendang, Pagerwojo, Tanggunggunung dan Pucanglaban. Karena kondisi geografi membuat akses siswa ke sekolah harus menggunakan jalan alternatif yang berjarak lebih jauh,” paparnya.
Syaifuddin mengungkapkan, sepanjang tahun ajaran 2020/2021 setidaknya ada 244 siswa SD/MI yang putus sekolah dan untuk SMP/MTs setidaknya ada 107 siswa putus sekolah. Jika dihitung dalam persentase, angka putus sekolah tingkat SD/MI mencapai 0,34 persen dan SMP/MTs mencapai 1,62 persen.
“Jika ditinjau dari jumlah angka putus sekolah di Tulungagung, angka putus sekolah banyak didominasi oleh siswa perempuan. Hal itu karena masih banyak pola asuh orang tua bahwa pendidikan bagi perempuan kurang terlalu penting,” tambahnya.
Syaifuddin menambahkan, melihat angka putus sekolah yang kian meningkat, menurutnya harus segera ditangani dengan melakukan recovery pendidikan. Recovery pendidikan tersebut berupa Program Indonesia Pintar (PIP), pemberian beasiswa dan bantuan sekolah gratis.
“Kami akan mempercepat pemulihan pendidikan di Tulungagung, agar angka putus sekolah bisa ditekan hingga 0,” tutupnya.
(Aziz)