Ini Filosofi Batik Godong Pring Asal Desa Gumeng Mojokerto
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Daerah Kabupaten Mojokerto memiliki sejumlah motif batik khas buatan perajin lokal. Satu persatu motif memiliki keunikan, cerita serta filosofi tersendiri.
Salah satu motif batik yang cukup menarik di kabupaten Mojokerto adalah batik bermotif godong pring asal Desa Gumeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Desa tersebut berada di lereng Gunung Anjasmoro yang terkenal ditumbuhi banyak pohon bambu hutan.
Meski belum terlalu dikenal masyarakat luas, motif batik ini ternyata memiliki daya tarik tersendiri. Inspirasi dari motif batik godong pring sendiri berasal dari lingkungan sekitar yang dipenuhi pohon bambu. Oleh karena itu, motif yang paling menonjol dari batik ini adalah gambar rumpun daun bambunya. Namanya juga diambil dari bahasa Jawa godong pring yang artinya daun bambu.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Gumeng, Joko Leksono mengatakan bahwa batik Godong Pring (Daun bambu) ini diwariskan turun temurun dari leluhur.
“Karena ini turun temurun, warisan leluhur. Dulu itu sudah ada terus lama vakum mbah-mbah buyutnya gak ada. Terus ada yang ada tapi menikah dengan orang luar, akhirnya vakum lama. Kemudian ada gagasan dari Bu Kades (Sri Wahyuni) untuk membangunkan batik kembali,” jelas, Sabtu (19/2/2022).
Batik ini sendiri telah memiliki Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan nama pencipta Sri Wahyuni. Adapun judul ciptaannya sendiri adalah Batik Tulis Godong Pring.
Gambar Godong Pring yang dituangkan dalam kain sebagai bentuk merespons kekayaan alam sekitar. Bahwasanya penduduk Desa Gumeng, ini terbiasa membudidaya dan sekaligus mengonsumsi rebung.
“Karena di sini itu banyak bertebaran bambu-bambu, bambu-bambu di hutan, terus ada yang dibudidaya masyarakat setempat. Terkait itu, maka disebutlah godong pring biar batiknya itu semburat seperti pring (bambu) begitu ya,” ujarnya.
Desa yang hanya memiliki 150 Kepala Keluarga (KK) dan 450 penduduk ini terletak sekitar 35 menit dari pusat Kota Mojokerto. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Di samping itu Desa Gumeng ini memiliki kelompok batik tulis Godong Pring. Kelompok ini terdiri dari 23-25 orang. Usia anggota kelompok ini bervariasi antara 21 tahun hingga 40 tahun dan didominasi ibu-ibu rumah tangga.
Selaku ketua Pokdarwis Desa Gumeng, Joko juga berkeinginan memperkenalkan Desa Gumeng dengan segala potensinya. Di antaranya terdapat tugu perjuangan sebagai pengingat peristiwa agresi militer Belanda pada 1948.
Di samping itu, ia berharap pemerintah daerah kabupaten bisa membantu mengenalkan batik khas Desa Gumeng kepada khalayak luas.
“Saya minta kepedulian dinas terkait sehingga Gumeng ini bisa terekspos keluar biar tidak terkesan Gumeng itu desa yang terisolir gitu. Kami meminta dinas-dinas itu turun ke lapangan agar bisa memandu apa-apa yang di Gumeng itu bisa terangkat,” harapnya.