Pak En, Linmas Mengabdi 30 Tahun dapat Bantuan Rombong dari Bupati Jember
JEMBER, FaktualNews.co – Pengabdian Dulkowi atau akrab dipanggil Pak En sebagai Linmas (keamanan lingkungan pemerintah), diketahui sudah berlangsung selama 30 tahun.
Namun selama 30 tahun itu, pria kelahiran tahun 1949 ini mengaku tidak pernah mendapat honor dari pemerintah. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Pak En berjualan cilok keliling.
Pan En mengaku, di era Bupati Faida pernah mengajukan bantuan rombong dagangan, karena kondisinya sudah rusak.
“Karena kan rombong saya rusak dan tidak layak. Dulu saya dengar ada program bantuan pemerintah. Saya mengajukan rombong,” ucapnya.
“Dulu buat proposal, kan ada persyaratannya. Seperti foto kopi KK, KTP, rombongnya (yang tidak layak dan rusak) di foto. Paling proposal saya ada di sana (kantor Pemkab Jember),” sambungnya.
Namun rombong dagangan itu, katanya, tidak pernah didapat. “Gak dapat, ya gimana lagi,” katanya.
Namun kemudian, kata Pak En, saat ada kunjungan Bupati Hendy Siswanto di Kantor Kecamatan Sumberjambe, dirinya memberanikan diri menyampaikan keluhannya selama 30 tahun.
“Saya bilang kalau saya gak dapat honor 30 tahun sebagai Linmas itu. Terus saya dipanggil dan dapat uang Rp 1 juta dari pak bupati, katanya untuk bantu-bantu,” ungkapnya.
Kemudian terkait rombong dagangan, lanjutnya, Pak En diberi rombong dagangan cilok oleh Bupati Hendy.
“Ini hari ini saya dipanggil ke Pendopo, ternyata saya diberi rombong dagangan, Alhamdulillah. Awal katanya Pak Camat tadi pagi ngubungi saya katanya hanya diberi tahu disuruh bawa cilok dagangan saya. Mau dibeli Pak Bupati, gak taunya dapat rombong ini. Alhamdulillah,” ucapnya bersyukur.
Terpisah Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan, dirinya mengetahui kondisi Pak En saat kegiatan Jember Hadir Untuk Rakyat (J-HUR) di Kantor Kecamatan Sumberjambe.
“Kemarin beliau bertanya kepada saya Pak Dulkowi, pada saat kami keliling dalam program J-HUR. Beliau dulu menjadi anggota Linmas, sampingannya setelah pensiun atau saat masih jadi Linmas itu jualan cilok,” kata Hendy saat dikonfirmasi terpisah.
Akhirnya ada kesempatan, kata Hendy, dirinya secara pribadi mengeluarkan anggaran Rp 2,5 juta untuk membuatkan rombong dagangan.
“Ya karena kan masih proses program (bantuan usaha untuk rakyat). Jadi sementara dari kantong pribadi dulu. Lumayan rombongnya ini bagus semoga bisa membantu,” ucapnya.
“Nanti (ke depan), akan kami programkan juga, pakai APBD saja. Tapi nanti tetap harus latihan juga, seperti halnya (program bantuan lain), kursus menjahit (atau usaha mandiri lainnya), agar biar bisa bekerja betul,” sambungnya.
Lebih jauh menanggapi persoalan terkait honor Linmas, Hendy berjanji akan lebih memperhatikan nasibnya.
“Pak Dulkowi ini luar biasa dan perlu mendapatkan apresiasi, dan kami akan perhatikan Limas ini. Setiap desa itukan ada Linmasnya, dan kami akan memberikan gaji bulanan, Jamsostek. Itu program kami tahun ini juga,” ucapnya.
“Kemudian nanti, juga akan kami hitung kembali anggaran kita. Karena Li mas dan RT/RW sama, kegiatannya. Meskipun tidak setiap hari kerja, tapi kalau ada apa-apa Linmasnya dulu yang maju ke depan,” imbuhnya.