FaktualNews.co

Kepala BKKBN RI Sebut Angka Stunting di Jember Rendah

Advertorial     Dibaca : 781 kali Penulis:
Kepala BKKBN RI Sebut Angka Stunting di Jember Rendah
FaktualNews/Muhammad Hatta/
Caption: Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo saat kunker ke Jember bahas soal kasus stunting.

JEMBER, FaktualNews.co – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo melakukan kunjungan kerja ke Jember untuk membahas persoalan penanganan stunting.

Menurut Hasto, secara prosentase, angka kasus stunting di Jember lebih rendah dibanding nasional.

Hasto menyebutkan, untuk angka kasus stunting di Jember tercatat 23,5 persen. Angka kasus itu lebih rendah dibandingkan nasional yang tercatat 24,4 persen.

“Untuk angka (kasus) stunting, nasional 24,4 persen. Di Jember, Alhamdulillah lebih rendah dibawah kepemimpinan bupati dan wabup sekarang, yakni hanya mencapai 23,5 persen. Jadi sudah lebih rendah dari rata-rata nasional. Secara umum Jember termasuk yang bagus angka (kasus) stuntingnya. Jawa Timur tercatat kalau tidak salah 23,7 persen,” kata Hasto saat dikonfirmasi sejumlah wartawan di Pendapa Wahyawibawagraha, Selasa (8/3/2022).

Terkait penanganan kasus stunting, lanjut Hasto, diperlukan adanya perimbangan program dan soal anggaran yang tepat.

“Poin penting terkait dengan konvergensi ini, semua anggaran dan program. Yang ada di kementerian lembaga, yang tertuju pada stunting itu betul-betul tertuju, dan (perlu diperhatikan), juga harus sampai kepada mulutnya ibu hamil, bayi dan keluarga. Itu poin pentingnya konvergen,” katanya.

Kemudian poin kedua, lanjut Hasto, BKKBN RI juga mempunyai data keluarga yang beresiko stunting.

“Harus tertuju pada data by name by address. Kalau ada pasangan usia subur, usia sudah 36 tahun, mau hamil, itu kami catat sebagai resiko tinggi stunting. Sudah terlalu tua,” ujarnya.

“Kalau ada yang sudah memiliki anak 3, mau hamil lagi, itu kami catat sebagai resiko stunting. Terlalu banyak (anaknya). Kalau ada yang menikah baru 16 tahun, kami catat juga sebagai resiko terlalu tinggi (terlalu muda),” sambungnya.

Hasto juga menjelaskan, terjadinya kasus stunting itu, persoalan lainnya adalah faktor lingkungan yang kotor.

“Ada yang lingkungannya kotor dan tidak punya air bersih, atau jamban (tempat buang air, red) yang kotor. Sehingga sering sakit-sakitan kalau tidak mempunyai jamban yang bersih. Ini salah satu tantangan juga,” katanya.

Kemudian Hasto juga menekankan soal pola pikir masyarakat untuk dapat menekan angka kasus stunting.

“Mindset orang tua harus diubah. Jika bisa memiliki motor dengan harga belasan juta, pembenahan jamban yang lebih murah jangan sampai ditinggalkan. Kalau anak mau makan, jangan mudah diberi makan mie, cilok, atau makanan apapun yang kurang baik untuk pertumbuhan anak mereka masing-masing,” tandasnya.

Terpisah menanggapi pernyataan Kepala BKKBN RI, Bupati Jember Hendy Siswanto mengamini upaya untuk menekan angka kasus stunting khususnya di Jember.

“Harus ada tindakan tegas, nyata, dan jelas. Itu upaya yang kami lakukan. Kemudian bagaimana membangun konvergensi untuk kemudian bisa menurunkan angka kasus stunting itu,” kata Hendy.

Dengan adanya apresiasi dari BKKBN RI, Hendy menyampaikan, bahwa upaya menekan angka kasus stunting adalah upaya bersama dari masyarakat dan OPD terkait.

“Kami berharap dukungan dari pusat dan BKKBN RI tentunya. Dengan itu, Insya Allah Jember bisa menekan angka stunting. Terima kasih atas kedatangannya (Kepala BKKBN RI), sehingga kami bisa menjadi semakin termotivasi,” tandasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Mufid