JEMBER, FaktualNews.co – Wilayah Kabupaten Jember memiliki sejumlah lokasi wisata eksotis dan sudah berdiri puluhan tahun. Selain wisata Rembangan dan Pantai Watu Ulo. Diketahui di wilayah Dusun Biting Gembelwaru, Desa Biting, Kecamatan Arjasa, juga ada taman rekreasi dan Hotel Oleng Sibutong.
Lokasi wisata alam ini berdiri sekitar tahun 1982, dan pernah jaya pada zamannya. Namun setelah berumur kurang lebih 40 tahun. Wisata alam yang berada di tengah desa dan masih tampak alami itu, kini tampak tak terawat, dan bahkan terkesan tampak seperti hutan rimbun.
“Tahun 1982 kira-kira berdirinya Oleng Sibutong. Dulu sekitar tahun 80-an banyak pengunjungnya, dari Jember, bahkan dari luar kota. Sehari minimal 5 bus ke sini, dari Bondowoso, Banyuwangi, Lumajang. Rekreasi juga tamasya, tapi setelah itu sepi. Kemudian sekitar tahun 2010 – 2016 lokasi Oleng Sibutong ini kembali ramai banyak dikunjungi wisatawan, dan sekarang ya begini tampak tak terawatt,” kata Petugas Jaga Taman Rekreasi Oleng Sibutong Salman Effendi itu, Minggu (20/3/2022).
Lokasi wisata berserta hotelnya ini dijelaskan kata Salman, berdiri di lahan seluas kurang lebih dua hectare. Namun sejak tempat wisiata ini 2017 semakin sepi dan bangkrut. Tinggal hotelnya saja yang masih beroperasi.
Di taman wisata Oleng Sibutong ini, diungkapkan Salman sebenarnya juga masih buka, tiketnya Rp 10 ribu per orang. Untuk pengunjung yang datang, lanjutnya, kebanyakan remaja, ataupun masyarakat luar Jember, yang pernah mendengar kejayaan Taman Wisata Oleng Sibutong dulunya.
“Meskipun begini ya ada yang datang (pengunjung). Sekadar melepas kangen masa kejayaan lokasi wisata ini. Kadang (juga) ada orang pacaran. Sebelum kolam renang ditutup kira-kira setengah bulan yang lalu, ya ada yang berenang,” lanjut Salman.
Sementara itu menurut Koordinator Hotel Oleng Sibutong Sahriyanto, kondisi yang dialami Taman Rekreasi Oleng Sibutong juga tak jauh beda dengan fasilitas penginapan di sebelahnya. Hotel Oleng Sibutong juga masih buka, namun hanya melayani kamar kelas melati dengan harga per kamar semalam Rp 60 ribu.
“Kondisinya ya sama dengan tempat rekreasinya. Masih buka juga tapi kondisinya kurang terawat. Kita pekerja yang tersisa kurang lebih 12 orang, dulunya ada sekitar 30 orang untuk merawat lokasi wisata dan hotel,” ujarnya.
Untuk jumlah kamar dijelaskan Sahriyanto ada kurang lebih 20, masih bisa digunakan semua. Dulu pengunjung menginap di hotel sekaligus rekreasi ada kisaran 18 -25 orang minimal per hari, tetapi ketika terdampak corona sekarang sekitar 5 – 8 orang.
Pengelola Pertama Wisata Oleng Sibutong Menjual Ke Investor Baru
Terkait kesejahteraan pegawai dan kondisi pekerja, berusaha bertahan dengan mengoptimalkan lokasi wisata yang ada. Sebab para pekerja hanya menggantungkan hidup dari lokasi wisata Oleng Sibutong.
Untuk mengatasi kondisi ekonomi dan soal perawatan lokasi wisata Oleng Sibutong, kata Petugas Jaga Taman Rekreasi Oleng Sibutong Salman Effendi. Pemilik dan pengelola pertama Haji Birin warga desa setempat menjual lokasi wisata taman rekreasi dan Hotel Oleng Sibutong, kepada investor baru. Namun malah mengalami apes dengan menjadi korban penipuan.
“Dulu yang punya namanya Haji Birin, warga Desa Biting, setelah itu dibeli dan dikelola pemilik Koperasi Buana nama pemiliknya Gunawan sejak sekitar 2 tahun yang lalu,” kata Salman Effendi, Minggu (20/3/2022).
Dengan kondisi ekonomi yang sulit, kata Salman, lokasi wisata yang ada berusaha diperbaiki sedikit demi sedikit. “Kondisi tidak terawat dari lokasi wisata ini. Karena pengelola yang sekarang ya banyak utang itu. Karena memang mengelola lokasi wisata ini kan butuh biaya,” katanya.
“Dulu kondisi ekonomi sulit yang dialami Haji Birin, sekarang juga sama. Ya begini ini, banyak yang di PHK, petugas kebersihan, pelayan (staf). Diberhentikan semua. Bahkan hanya menyisakan beberapa saja untuk pengelola lokasi wisata ini,” ucapnya.
Berkisah saat masa kejayaan lokasi wisata Oleng Sibutong, kata Salman, dulu tiap perayaan tahun baru, ada acara hiburan karaoke untuk merayakan pergantian tahun. “Tapi itu sebelum pandemi. Ketika pandemi covid awal kita tutup lokasi wisata ini, tidak boleh buka,” ucapnya.
Namun dengan kondisi sulit, katanya, pihak pengelola yang baru saat ini, berusaha untuk melakukan pembenahan. “Harapan ya gitu, semoga lokasi wisata ini bisa dibenahi dan lebih baik. Sebenarnya ada perbaikan tembok pembatas sedikit-sedikit. Karena dulu pernah ambruk, jadi diperbaiki. Yang memperbaiki tukang atau tenaganya saya awasi sendiri. Tapi ya nunggu anggaran dari yang punya. Ada orang 6 yang mengerjakan perbaikan pelan-pelan,” ungkapnya.
Untuk sejumlah fasilitas di dalam lokasi wisata, diakui Salman, saat ini banyak yang dinonaktifkan. “Ke depan semoga kejayaan Oleng Sibutong bisa kembali lah. Tapi untuk kolam renang sudah tutup, karena petugasnya (membersihkan kolam) tidak ada, ya sudah ditutup itu. Untuk hotel masih buka,” katanya.
Salman juga menambahkan, dengan kondisi lokasi wisata yang tampak rimbun. Menjaga lokasi wisata ini, dinilai gampang-gampang susah. “Kadang pengunjung bilangnya ingin berwisata, malah mabuk, pacaran sampai berbuat asusila, ya tugas kita menegur,” tegasnya.
Diungkapkan Salman bila nama Oleng Sibutong itu artinya Belut Buntung, sehingga awal pembangunan ini Ketika pemilik pertama Haji Birin berniat membuat kolam renang. Nah saat menggali tanah, Haji Birin menemukan belut yang buntung, akibat putus bagian tubuhnya karena dibacok dengan celurit.
“Akhirnya lokasi wisata ini diberi nama Oleng Sibutong. Itu yang diyakini sebagai cikal bakal adanya lokasi wisata yang pernah berjaya di era tahun 1980 an itu” ujar Salman.