MOJOKERTO, FaktualNews.co – Progres proyek prestisius peningkatan jalan Empunala Kota Mojokerto sepanjang 2,3 kilometer baru mencapai 8 persen. Sementara proyek yang dikerjakan perusaan kontraktor PT PP Presisi Ini masih fokus pemasangan box culvert.
Proyek dengan nilai kontrak mencapai Rp 101,4 miliar itu dikerjakan mulai jalan Bypass hingga simpang empat Sekarsari. Pengerjaannya dimulai sejak 23 maret 2022. Artinya, pelaksana proyek memiliki sisa waktu 6 bulan untuk merampungkan pekerjaan, sampai 30 Desember 2022.
“6 sampai 12 Juli itu targetnya 7,6 persen, realisasinya 7,8 persen. Kalau sekarang perkiraan sudah 8 persen,” jelas Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRPRKP) Endah Supriyani kepada FaktualNews.co, Senin (25/7/2022).
Endah menegaskan, pihaknya akan memantau terus pengerjaan proyek yang bersumber dari dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ini sampai ditargetkan berakhir pada 30 desember 2022. Jika nanti terjadi molor, pihaknya akan menarapkan sanksi kepada pelaksana proyek sesuai dengan aturan berlaku.
“Kalau molor kan tetap harus dikerjakan tapi ads sanksi berupa denda, sesuai aturan,” tukasnya.
Rencananya, kata dia, jalan Empunala ini akan dibangun dengan dua jalur dan empat lajur. Total lebar diperkirakan mancapai 8,75 meter. Diantara dua jalur juga akan dibangun median dan penerangan jalan umum (PJU).
“Jalan yang sekarang kan satu jalur dua lajur. Nah nanti itu ada dua jalur masing-masing ada dua lajur kendaraan dan satu lanjur parkir. Total lebar 18,5 sampai 18,75 meter,mediannya 1 meter. Pju itu nanti ada ditengah,” kata Endah.
Masih kata Endah, ia menjamin saluran air yang dipasang box culvert disepanjang selatan jalur dapat mengatasi banjir. Hal itu karena saluaram air diperlebar dari sebelumnya. Dan juga disertai bak kontrol di dalamnya.
“Tidak ada banjir, daya tampungnya malah lebih besar, ada bak kontrolnya untuk membersihkan,” tandasnya.
Ia juga menanggapi terkait dengan keluhan warga lingkungan Kedungsari, Kelurahan Gunung Gedangan, Kacamatan Magersari dan pengguna jalan yang mengeluhkan polusi debu dari lalu lalang truk pengangkut tanah material.
Ia menyebut, bahwa ada kesalahpahaman warga. Sejak sebulan terkhir pekerja proyek sudah tidak lagi membuang material di lahan milik Pemkot yang berada di Lingkungan Kedungsari.
Menurutnya, saat ini seluruh tanah hasil pengerukan proyek Jalan Empunala beralih dibuang di lahan yang berada di Jalan Benteng Pancasila (Benpas). Hanya saja, memang ads aktivitas pemerataan tanah menggunakan alat berat di lingkungan Kedungsari.
“Warga cuma salah paham, sudah tidak membuang disitu sebulanan, kemarin memang kita minta untuk dirapikan saja yang dikedungsari. Sedangkan untuk pembuang sudah dialihkan di Benteng,” jelasanya.
Selain itu, pengguna jalan juga mengeluhkan akibat pengerjaan proyek tersebut mengakibatkan ruas jalan mengalamai penyempitan, sehingga mengakibatkan kemacetan. Selain itu juga menimbulak polusi debu.
Menanggapi hal itu, Endah mengklaim, bahwa proyek ini sudah memiliki analisis dampak lulu lintas (Andal Lalin) sebelum proses pengerjaan. Bahkan, didalam andal lalin seharusnya pelaksana proyek melakukan penutupan total ruas jalan Empunala.
Namun, penutupan tidak dilakukan karena kontraktor menawarkan solusi lain, yakni menggunakan sistem buka tutup.
“Kami sudah ada andal lalinnya, seharusnya kan ditutup total. Pihak kontraktor kooperatif, metode yang dia tawarkan ini masih memungkinkan kendaraan lewat. Tidak ditutup total, cuman buka tutup saja. Kita juga menyadari, makannya sebisa mungkin tidak ditutup, ya kalau memang nanti tidak dimungkinkan bisa ditutup,” pungkasnya.