BOJONEGORO, FaktualNews.co – Membuat pupuk organik dari kotoran hewan seperti sapi dan unggas mungkin menjadi hal yang sudah biasa didengar.
Namun beda halnya dengan warga Dusun Ngronan Desa Bobol Kecamatan Sekar Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur ini, mereka mengumpulkan kotoran kelelawar untuk dijadikan pupuk dan dijual.
Seperti halnya Jumali salah seorang pencari kotoran kelelawar di Gua Lowo Dusun Ngronan Desa Bobol itu mengatakan, hal ini dilakukan demi sesuap nasi serta demi menghidupi anggota keluarga. Mereka rela menerobos di kegelapan gua dengan berbekal peralatan seadanya apapun risiko yang terjadi.
“Di dalam gua tidak hanya gelap bahkan pengap, gatal, bau bahkan hewan buas pun turut menghantui dalam mengais rizki di gua tersebut,” ujarnya saat di temui awak media di mulut Gua Lowo.
Di dekat mulut gua terdengar suara kelelawar mengiang di telinga dari dalam gua. Tampak lalu lalang kelelawar keluar masuk gua. Ada yang bergelantung di atap gua, ada yang saling kejar-kejaran sambil menjatuhkan kotoran.
Dia juga menjelaskan, bahwasanya dirinya ketika memasuki gua wakib memakai lampu sebab dengan senter tersebut akan memudahkan pekerjaannya menemukan celah-celah dalam gua, jalan dalam gua, serta tempat-tempat kotoran kelelawar di dalam gua.
Sekadar untuk diketahui bahwa kotoran kelelawar ini untuk pupuk segala tanaman karena terbukti sangat subur.
“Di sini saya beserta istri bekerja sama mengumpulkan kotoran kelelawar untuk dijadikan pupuk organik untuk petani, kotoran kelelawar tersebut nantinya akan di jual di pengepul dengan harga satu sak 35 ribu rupiah. Kotoran kelelawar ini sangat bagus untuk tanaman, bahkan kita bisa mengurangi pupuk kimia dengan kotoran kelelawar ini, perbandingannya jika biasanya di kasih pupuk kimia 2 kwintal maka jika pakai kotoran kelelawar ini hanya butuh pupuk kimia 1 kwintal saja,” ujar Jumali di sela-sela waktu istirahatnya.
Warga setempat sangat menjaga keadaan gua tersebut dengan baik, bahkan ketika ada warga dari luar desa yang hendak mengambil kelelawar di gua tersebut dengan jumlah besar – besaran warga setempat pasti akan melarang karena akan merusak lingkungan dan ekosistem di sana.
“Pernah suatu waktu ada orang dari luar yang mengambil kelelawar dalam jumlah banyak, sama warga sudah di peringkati akan tetapi masih ngotot dan akhirnya di hukum warga dengan caranya sendiri,” tutupnya.(syaifudin)