Warga Mojokerto Manfaatkan Limbah Bonggol Jagung untuk Budidaya Jamur, Omzetnya Jutaan Rupiah
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Limbah tongkol atau bonggol jagung biasanya hanya dibuang begitu saja setelah di ambil jagungnya. Namun di tangan seorang warga Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto, Zaenal Abidin, dimanfaatkan sebagai media tanam jamur untuk sumber pangan alternatif.
Pria beusia 42 tahun itu memulai jadi pembudidaya jamur berawal dari keinginannya mendapatkan pekerjaan sampingan, selain berprofesi sebagai petani.
Di desanya banyak petani jagung, akan tetapi selama ini ia melihat tongkol jagung dibuang begitu saja. Dari situlah kemudian ia mulai berfikir untuk memanfaatkan limbah tongkol jagung.
“Saya baca buku-buku, bagaimana tiga bulan ini dapat penghasilan sampingan yang baru. Akhirnya ketemu buku budidaya jamur dari janggel atau bonggol jagung. Setelah saya pelajari beberapa bulan, akhirnya saya eksperimen langsung,” katanya, Sabtu (20/8/2022).
Ia mengatakan, pemanfaatan tongkol jagung sebagai media tanam jamur sangat mudah. Hanya saja dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran.
Proses budidaya jamur tersebut relatif sederhana. Pada tahap pertama, ia membuat bedeng atau tempat untuk budidaya jamur yang terbuat dari bambu berukuran 80 cm x 3 meter. Tahap kedua, tongkol jagung ditebar pada bedeng yang telah disiapkan. Selanjutnya ditaburi campuran pupuk urea dan ragi.
Pada tiga hari pertama, proses penyiraman air dilakukan setiap hari. Namun pada hari berikutnya, penyiraman dilakukan dua hari atau tiga hari sekali. Hal itu dilakukan untuk menjaga tingkat kelembapan media tanam.
“Setelah disiram dan bedeng ditutup dengan plastik untuk menjaga kelembaban,” jelasnya.
Jamur tersebut bisa dipanen jika sudah berumur 15 hari. Namun, menurut Zaenal, hasilnya belum maksimal, sehingga diperlukan perawatan lagi. Yakni setiap pagi disemprot air dan setelah tiga hari diberikan nutrisi racikannya sendiri.
Kini ia telah memililki 20 bedeng. 1 bedeng setiap harinya mampu menghasilkan jamur hingga 1,5 kilogram. Lalu ia mengemasnya 1/4 dan 1/2 kilogram dengan menggunakan plastik. Satu kemasan jamur ia jual dengan harga Rp 5 ribu.
Untuk penjualannya pun tidak terlalu ribet. Zaenal cukup menitipkan dan menjualnya ke pedagang rumahan di sekitar desanya. Bahkan sekarang sudah meluas memasarkan ke beberapa pasar di sekitar Desa Sumber Wuluh. Seperti Pasar Dawarblandong, Pasar Babatan Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan dan Pasar Kedamaian Kecamatan Kedamaian, Kabupaten Gresik.
Dalam satu bulan, imbuh Zaenal, dirinya mendapatkan omzet jutaan rupiah dari modal awal yang hanya ratusan ribu saja. Dirinya mengaku sangat tertarik dalam bisnis ini meski baru dua bulan menekuninya.
“Satu bedeng hanya butuh modal Rp50 ribu. Dalam satu bulan (omzetnya) bisa Rp9 juta,” tuturnya.
Jamur yang berukuran kecil ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai olahan. Mulai digoreng, hingga ditumis sebagai salah satu alternatif sumber protein.