Kewirausahaan

Di Zaman Modern, Pandai Besi di Situbondo Masih Kebanjiran Order

SITUBONDO, FaktualNews.co-Meski zaman sudah modern dengan peralatan peralatan pertanian yang super canggih. Namun, tidak sedikit warga Situbondo yang masih membutuhkan jasa tukang besi atau yang lebih dikenal dengan sebutan pandai besi untuk memesan ataupun memperbaiki peralatan pertanian yang rusak.
Abu Hasan (57), salah seorang pandai besi asal  Dusun Krajan, Desa Kayuputih, Kecamatan Panji, Situbondo mengatakan, meski peralatan serba canggih, namun dirinya masih kebanjiran order. Bahkan, berbagai bentuk senjata tajam (sajam)  hasil buatannya seperti pisau dan arit dikirim ke Pulau Madura.
“Setiap hari saya masih kebanjiran order, meski zaman modern dan peralatan serba canggih. Bahkan, para pemesan langsung datang ke tempat saya kerja,”kata Abu Hasan, Sabtu (10/9/2022).
Menurutnya, dirinya mengenal dan bekerja sebagai pandai besi sejak SD. Bahkan, hingga dirinya sudah mempunyai dua anak masih tetap bekerja sebagai pandai besi.
“Saya bekerja sebagai pandai besi itu meneruskan usaha kakek. Setelah kakek saya meninggal diganti oleh bapak, dan sekarang saya yang mengganti bapak,” bebernya.
Hasan menegaskan, setiap hari hampir dipastikan ada warga yang datang ke tempat kerjanya,  mereka  meminta dibuatkan arit dengan model dan besi yang yang dibawa sendiri. Tidak jarang, petani yang memiliki cangkul ataupun arit yang rusak untuk diperbaiki di tempat yang hanya terbuat dari bambu tersebut.
“Kalau di lingkungan sini ada-ada saja yang mau diperbaiki setiap hari. Kadang cangkulnya yang kurang enak, kadang pisaunya yang kurang tajam pasti di bawa ke sini. Untuk ongkos, tergantung yang mau ngasih. Kalau hanya pisau orang memberi ongkos Rp 5 ribu,” imbuhnya.
Lebih jauh Hasan menambahkan, jika hasil kerajinannya membuat pisau setiap hari jarang dibeli oleh warga Situbondo. hasil keringatnya itu malah banyak laku di Pulau Madura. Sehingga setiap sepekan dirinya pasti mengirim arit ke Pulau Madura sebanyak 20-30 arit.
“Dalam satu kali kirim bisa 20 arit hingga 30 arit. Harga arit tergantung dengan besar kecilnya. Kalau kecil harganya Rp 30 ribu, kalau yang besar bisa  Rp 70 ribu,” katanya.
Hasan menegaskan, setiap hari dirinya bisa membuat sebanyak. tujuh arit. Itupun dikerjakan dengan tiga orang, mereka merupakan  pekerja tetap. Sebab, kalau hanya sendiri yang bekerja tidak bakalan kelar. Bagaiamana mau selesai, kalau yang menjaga api tidak ada, yang mau memukul juga tidak ada.
“Bekerja sebagai pandai besi minimal ada dua orang. Kalau sendirian sangat sulit,” ujar Hasan.
Hasan menjelaskan, dirinya  bekerja sebagai  pandai besi dengan rentan waktu yang cukup lama. Ketika ada waktu santai dia membuat pisau meskipun sendirian. Sebab pembuatan pisau kalaupun dikerjaklan sendiri juga bisa. Berbeda dengan arit.
“Saya kalau lagi santai tinggal menyediakan kopi dan rokok, ya membuat pisau sendirian,” pungkasnya.