Peristiwa

Kisah Pilu Warga Malang, Kehilangan Istri dan Dua Anaknya Saat Tragedi Kanjuruhan

MALANG, FaktualNews.co – Andy, salah satu suporter Aremania, harus rela kehilangan istri dan dua anaknya saat tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu.

Andy, adalah warga Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Malang, yang kesehariannya bekerja sebagai seorang petani.

Andy, satu dari ratusan suporter aremania yang menjadi korban atas peristiwa itu. Tak bisa menyembunyikan kesedihan, saat diminta untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi sesungguhnya.

Ia menceritakan, mendapat desakan dari sang anak untuk menonton pertandingan Arema VS Persebaya Surabaya, agar bisa menonton langsung di stadion. Siapa yang menduga jika pertandingan itu justru menjadi petaka bagi keluarganya.

Saat menuju ke stadion Kanjuruhan, berangkat menggunakan dua sepeda motor bersama istri dan ketiga anaknya. Sementara untuk istri dan kedua anaknya yang meninggal atas nama, Putri Gebby Asta Putri Purwoko, (34), Natasya Debby Rahmadani, pelajar kelas 2 SMEA dan Nayla Debby Anggraeni, pelajar kelas 1 SMP

“Saat kericuhan terjadi hingga penembakan gas air mata yang ditembakkan petugas ke arah tribun, saat itu saya menggendong anak saya yang nomor tiga, dan hanya bisa selamatkan anak yang terakhir untuk keluar dari stadion,” kata Andy menceritakan kisah pilunya, Rabu (5/10/2022).

Lanjut Andy, saat itu dia bersama keluarga berada di gate 13 dan tidak sempat selamatkan istri dan kedua anaknya. Dia hanya bisa berlari dan selamatkan anak ketiga melewati pintu kecil yang terbuka di gate 13.

“Waktu mau keluar, saya ditolong oleh polisi yang saat itu berjaga, sehingga saya bisa keluar dari dalam stadion,” tuturnya.

Sesudah keluar dari stadion, ia lantas mencari istri dan kedua anaknya. Dan dia hanya pasrah dan merelakan istri dan anaknya sudah dalam kondisi meninggal dunia bersama dengan korban lainnya.

“Saya hanya bisa pasrah melihat istri dan kedua anak perempuan saya terbujur kaku bersama korban yang lainnya di bawah VIP ,” lanjut Andy.

Menurutnya, gas air mata yang ditembakkan petugas menjadi penyebab pemicu hingga kericuhan terjadi hingga merenggut banyak nyawa.

“Berharap ini bisa menjadi pelajaran pihak kepolisian ke depan, selain itu agar semoga kasus ini bisa diungkap hingga tuntas,” harapnya.