JAKARTA, FaktualNews.co-Potensi transformasi digital di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) masih terbuka lebar. Sebab pelaku UMKM belum memanfaatkan potensi transformasi digital secara maksimal.
“Kalau boleh saya lihat, sosialisasi mengenai digitalisasi itu yang belum maksimal. Teman-teman UMKM ini masih hanya men-convert jualan secara tradisional ke arah digital. Tidak memberdayakan digital sebagai perluasan ekosistem,” kata Director & Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison, M. Danny Buldansyah kepada Kompas.com saat ditemui di Jakarta, Rabu (4/1/2023) siang.
Danny mengatakan, transformasi digital tak hanya memasarkan produk lewat internet. Ia mengatakan, transformasi digital bisa dimanfaatkan lebih luas seperti konektivitas dengan sistem pengiriman dan pencatatan laporan keuangan.
“Itu semuanya adalah ekosistem. Ini digital transformasi. Kalau sudah terjadi (digitalisasi) semua walaupun tersambung dengan internet, (pasarkan) produk lewat internet, itu sudah suatu kemajuan pesat. Tapi sebenarnya masih jauh lebih terbuka potensi transformasi digital UMKM,” tambah Danny.
Ia mengatakan, pelaku UMKM harus bisa berpikir jauh ke depan soal transformasi digital. Dengan transformasi digital, pelaku UMKM juga bisa melihat peta persaingan bisnis, studi pemasaran produk di wilayah tertentu.
“Jadi transformasi digital lebih penting dan lebih luas daripada menaruh barang di internet,” ujar Danny.
Dalam laporan SEA e-Conomy oleh Google, Temsek, dan Bain & Company tahun 2021yang membahas sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Asea Tenggara, 28 persen pelaku UMKM di Indonesia mengatakan, mereka tak akan bertahan di tengah pandemi Covid-19 tanpa berjualan di platform digital.
Para pelaku UMKM rata-rata menggunakan dua platform digital untuk memenuhi permintaan konsumen secara online. Layanan digital yang paling banyak digunakan pelaku UMKM adalah pembayaran digital sebesar 95 persen, transfer dana digital sebesar 91 persen, asuransi digital 68 persen, dan pinjaman digital 51 persen.
Pemerintah sendiri menargetkan 30 juta pelaku UMKM Go Digital untuk bisa masuk ke marketplace pada 2024. Per Oktober 2022, sebanyak 20,2 juta UMKM sudah on boarding digital, atau naik sebesar 12,2 juta sejak awal pandemi (2020). Jumlah tersebut mencapai 31,1 persen dari keseluruhan UMKM di Indonesia.
Merujuk pada data, ekonomi digital Indonesia sangat menjanjikan dan punya potensi yang besar. Tercatat, nilai ekonomi digital di Indonesia pada 2020 mencapai Rp 632 triliun, sedangkan pada 2030, nilai pasar ekonomi digital di Indonesia diproyeksikan mencapai Rp 4.531 triliun.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenKopUKM) pun berupaya mempercepat UMKM Go Digital dengan meningkatkan literasi dan iklim bisnis yang kondusif serta terus menumbuhkan lebih banyak wirausaha muda yang kreatif dan inovatif.