SITUBONDO, FaktualNews.co – Kawasan hutan jati di Taman Nasional Baluran, Situbondo terbakar. Kali ini, terjadi pada KM 240 arah Kota Surabaya, tepatnya Blok Pengarengan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu (11/6/2023) malam.
Akibat kebakaran hutan dengan luas sekitar dua hektar tersebut, arus lalu lintas di jalur utama pantura Situbondo, yang menghubungkan antara Situbondo-Banyuwangi sempat terganggu.
Pasalnya, kepulan asap sempat menutupi arus lalu lintas di jalur pantura, sehingga para pengendara kendaraan bermotor tidak berani melintas, baik dari arah Situbondo maupun dari arah sebaliknya.
Pantauan FaktualNews.co di lapangan, peristiwa kebakaran tersebut terjadi Minggu (11/6/2023) 20.45 WIB, Namun karena saat peristiwa kebakaran angin bertiup sangat kencang. Sehingga hanya dalam hitungan menit, kobaran api langsung meluas hingga membakar dua hektar hutan jati di kawasan Taman Nasional Baluran Situbondo.
Mengetahui adanya kebakaran, petugas gabungan antara Koramil, Polsek Banyuputih, Perhutani, petugas Puslapur Marinir Karang Tekok dan Polhut Taman Nasional Baluran, serta relawan, berusaha memadamkan kobaran api dengan cara manual, yakni menggunakan kepyok dan Jet Shooter agar kebakaran tidak merembet ke area lain.
Namun, karena angin bertiup sangat kencang. Sehingga petugas gabungan sempat kewalahan untuk memadamkan kobaran api, yang membakar daun dan ranting kering di kawasan hutan Taman Nasional Baluran Situbondo. Kobaran api baru dapat dipadamkan sekitar satu jam setelah kejadian.
“Karena angin bertiup sangat kencang, sehingga petugas gabungan dan relawan sempat kewalahan untuk memadamkan kobaran api,”kata Misyono, Senin (12/6/2023).
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Situbondo Sruwi Hartanto mengatakan, pihaknya belum mengetahui secara pasti tentang penyebab kebakaran tersebut, apakah ada unsur kesengajaan atau unsur lainnya.
“Kalau luasan atau lahan hutan jati yang terbakar diperkirakan sekitar dua hektare. Apa penyebabnya, belum diketahui pasti, karena masih dalam penyelidikan,” kata Sruwi Hartanto.