Temu Inklusi Nasional ke-V di Ponpes Sukorejo Situbondo Resmi Dibuka
SITUBONDO, FaktualNews.co – Temu Inklusi Nasional ke-V Tahun 2023 resmi dibuka oleh Sekdakab Situbondo, Wawan Setiawan. Kegiatan yang dijadikan ajang temu kangen para difabel itu, dilaksanakan di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Desa Sumberrejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur.
“Pemkab Situbondo memberikan apresiasi, karena peserta relatif banyak. Bahkan, tercatat sebanyak 672 peserta temu inklusi nasional ke-V tahun 2023,” ujar Wawan Setiawan, Sekdakab Situbondo.
Pihaknya juga mengucapkan terima kasih terhadap Ponpes Sukorejo, yang telah bersedia ditempati kegiatan temu inklusi nasional.
“Ini istimewa, karena baru pertama kali temu inklusi nasional diselenggarakan di pesanten, menjadi pionir. Semoga pesantren ramah terhadap difabel,” bebernya.
Pria yang akrab dipanggil Wawan itu berharap, kegiatan ini dapat menghasilkan rekomendasi bagi para pengambil kebijakan. “Harapan besar temu inklusi nasional ini agar bisa menghasilkan rekomendasi yang signifikan, masukan kepada pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten,” katanya
Direktur Eksekutif Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAP) Suharto mengharapkan pelaksanaan Temu Inklusi Nasional Ke-5 mampu mengawal dalam mewujudkan Indonesia Inklusif 2030.
“Komitmen tersebut nantinya dievaluasi pada tahun 2030, di mana salah satu prinsipnya adalah tidak ada seorang pun yang tertinggal,” kata Suharto.
Menurut dia, mengatakan temu inklusi ini adalah sarana bertemunnya berbagai orang atau kelompok membangun jaringan dalam upaya menciptakan NKRI yang inklusif terhadap difabel.
“Temu inklusi ini juga sebagai upaya untuk memastikan pencapaian Indonesia dalam mengimplementasikan berbagai peraturan perundang undangan. Seperti UU nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas,” Imbuhnya.
Suharto menegaskan, jika temu inklusi ini pertama kalinya ditempatkan di pesantren. Selain menginap di dalam pesantren, sebagian juga istirahat di rumah warga sekitar pesantren.
“Kali pertama ditaruk di pesantren Selain menginap di pesantren. Juga di rumah warga, ini untuk ta’awun, saling mengenal. Difabel bisa meningkat kepercayaan dirinya, menghilangkan stigma di masyarakat,” pungkasnya.