Penyandang Disabilitas di Jember Ini Buka Usaha Jastip, Ongkir Hanya 5 Ribu Sekali Kirim
JEMBER, FaktualNews.co – Seorang perempuan bernama Wadi’ah Rabbil Izzati (23) warga Lingkungan Karangbaru, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari, Jember, menjalankan usaha jasa titipan (jastip) dengan bersepeda.
Dengan ongkos Rp 5-8 ribu sekali mengirimkan pesanan kepada konsumennya, usaha yang dijalankan perempuan yang akrab disapa Mia ini dirasa sangat membantu warga.
Pekerjaan layaknya kurir yang dilakoni perempuan anak pertama dari 4 bersaudara ini tidak membuatnya minder ataupun malu.
Karena menurut perempuan yang akrab disapa Mia itu, ia menjalani usaha jastip karena ingin menunjukkan kemandirian, tanpa berharap belas kasihan dengan kondisinya yang menyandang status difabel. Yakni dengan sulitnya berbicara lancar, dan berjalan dengan kaki yang berbentuk huruf O.
“Saya awalnya bekerja sebagai penjaga stan minuman es di depan Unmuh Jember, kemudian pernah juga jaga konter. Tapi karena saya suka jalan-jalan, saya sekarang pilih kerja buka usaha Jastip ini. Motivasi saya bekerja ini ingin mandiri,” kata Mia saat dikonfirmasi disela kegiatannya bekerja, Sabtu (22/6/2024).
Kerja jastip yang dilakoni, diakui oleh Mia baru sebulan belakangan dijalani. Namun dengan bantuan teman-temannya, sekarang konsumen semakin bertambah, terlebih setelah Mia semakin viral lewat medsos Tiktok.
“Saya tidak tahu Tiktok itu apa, dibantu teman-teman saya punya medsos itu. Dipakai untuk promosi, dibantuin merekam video kegiatan kerja saya. Alhamdulillah customer saya bertambah, terima kasih ke teman-teman saya. Customer paling banyak pesan jastip makanan dan minuman, mie Gacoan itu,” ungkapnya.
Dari usahanya bekerja di bidang jasa kurir itu, kata Mia, ia tidak pernah memikirkan soal untung yang didapat. Karena katanya, niatnya bekerja hanya sebagai sampingan, juga untuk belajar berwirausaha mandiri.
“Per hari bisa sampai 8-10 konsumen kalau pas ramai (banyak pengguna jastip). Penghasilan gak tentu, jastip ini (sekali mengantar pesanan) Rp 5 ribu. Untuk penghasilan lumayan tapi saya tidak pernah menghitung. Saya (juga) tidak berpikir tentang jarak karena saya masih belajar usaha, tidak tahu ke depan nanti saya kembangkan lagi,” ungkapnya.
Dari pengalamannya bekerja jastip, dilakukan sesuai kemampuannya bersepeda mengingat fisik dan waktunya yang harus dibagi dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
“Paling jauh saya mengantar pesanan itu dari sekitar rumah di (Perumahan) Kramat sampai Muktisari, mengantar pesanan kue. Ongkosnya Rp 8 ribu. Saya milih bersepeda karena adanya kendaraan itu saja, ada satu motor tapi dipakai bapak kerja. Bapak kerja jadi guru SD swasta, dan ibunya saya hanya Ibu rumah tangga,” bebernya.
“Saya bekerja ini sebagai sambilan, biasanya lebih sering siang atau sore. karena saya Alhamdulillah paginya juga kuliah. Saya semester 6 sekarang di Universitas PGRI Argopuro Jember (Dulu disebut IKIP PGRI), jurusan Pendidikan Bimbingan Konseling. Sudah mau ujian skripsi. Untuk biaya kuliah Alhamdulillah dapat program beasiswa dari Pemkab Jember. Juga dibantu bapak. Uang dari Jastip ini murni hanya untuk uang jajan dan keperluan lain meringankan beban orang tua,” sambungnya.
Terkait kondisinya yang difabel atau berkebutuhan khusus. Kata Mia, saat baru dilahirkan muncul tanda-tanda kondisi yang berbeda seperti halnya bayi pada umumnya.
“Kondisi saya difabel ini, kata ibu saat saya pertama lahir tidak menangis. Badan saya membiru bahkan saat itu saya makan harus pakai selang. Kemudian ya begini ini (kondisi difabel). Tapi saya tidak mau menyerah, saya ingin mandiri. Apalagi dengan bekerja ini. Semua manusia sama, dengan difabel dan yang tidak. Alhamdulillah orang tua mendukung, kata bapak fokus dengan usaha jastip saya untuk bisa semakin berkembang,” ujarnya.