FaktualNews.co

Batu Phyrus Milik Warga Situbondo Ditawar Rp 300 Juta Oleh Kolektor 

Ekonomi     Dibaca : 960 kali Penulis:
Batu Phyrus Milik Warga Situbondo Ditawar Rp 300 Juta Oleh Kolektor 
FaktualNews/Fatur Bari/
Caption: batu phyrus persia, yang ditawar sebesar Rp 300 juta.

SITUBONDO, FaktualNews.co – Sebanyak 4000 batu akik dari sejumlah daerah di Indonesia, dipamerkan dalam Kontes batu akik di Kota Situbondo. Kegiatan kontes tersebut dilaksanakan di halaman depan  Balai Latihan Kerja (BLK) Situbondo di Jalan Basuki Rahmat, Situbondo, Senin (08/07/2024).

Menariknya, pameran dan kontes batu akik dengan tema “Situbondo Bergelora” itu, dikunjungi para kolektor dan pencinta batu akik dari sejumlah daerah di Indonesia, seperti dari Bali, Surabaya, Malang, DI  Yogjakarta, dan  DKI Jakarta. Bahkan, bos transportasi AKAS IV  Probolinggo  juga berkunjung.

Namun, diantara ribuan batuk akik yang dipamerkan dalam kontes tersebut, batu phyrus persia  milik Abah Sumitro, Warga Situbondo menjadi batu  termahal pada  event kontes batu akik  Situbondo Bergelora, yakni ditawar dengan harga Rp 300 juta.

Sayangnya, tawaran sebesar Rp300 Eddy Haryadi pemilik AKAS IV Probolinggo itu, ditolak oleh pemiliknya, dengan alasan batu phyrus persia miliknya langkah, sehingga pantas  untuk dihargai Rp 500 juta.

“Kalau harga Rp300 juta saya tidak akan menjual batu phyrus persia tersebut,”ujar Abah Sumitro, Senin (8/7/2024).

Ketua panitia pameran dan ontes batu akik Situbondo Bergelora Busairi  mengatakan, batu phyrus milik Abah Sumitro, mempunyai  memiliki kualitas kolektor items, dengan gradasi warna yang jelas. Bahkan,   usia batunya cukup tua untuk jenis phyrus.

“Sehingga tidak heran jika batu phyrus persia tersebut  ditawar Rp300 juta oleh salah seorang kolektor, karena memang batunya bagus dan masuk kelas kolektor item,”kata Busairi.

Menurut dia, dengan tawaran sebesar Rp300 juta itu, membuktikan kolektor batu akik khususnya phyrus dan pamor  masih banyak.

Lebih lanjut, Busairi mengatakan bahwa dengan tawaran tersebut membuktikan jika kolektor batu akik khususnya phyrus dan pamor masih banyak dari sejumlah daerah di Indonesia.

“Makanya, tujuan  event ini,  memanggil  para kolektor dan pecinta batu akik agar bertemu kembali, dan ternyata responnya cukup positif,”bebernya.

Lebih jauh Busairi menjelaskan,  mahal atau tidaknya pada batu bukan soal magic atau mistis, melainkan  berdasarkan kecintaan, keindahan dan ketuaan suatu batu.

“Phyrus itu batu yang indah, gradasi warna yang terbentuk pada batu phyrus bukan karena diasah,  namun karena usia   batu, sehingga terbentuk secara  alami. Begitu juga permata  dilihat dari keindahan warnanya bersih tidaknya batunya begitu juga dengan akik dan phyrus,”pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Mufid