SUMENEP, FaktualNews.co – Meskipun suasana rumah tahanan (Rutan) bagi kalangan masyarakat terkesan menakutkan, namun banyak sisi positif yang didapat oleh warga binaan. Salah satunya dengan berkreasi dengan melukis.
Seperti yang dilakukan oleh Ainur, seorang Nara Pidana (Napi) di Rutan Kelas IIb Sumenep, Madura, Jawa Timur. Ia mengaku mempunyai hobi melukis. Baginya, melukis merupakan salah satu aktivitas yang dinilai bisa dikembangkan ke depan.
Salah satu hasil karya yang dihasilkan adalah lukisan motif “Anak Durhaka Sama Orang Tua”. Saat ini lukisan tersebut tengah dikembangkan meskipun dari balik jeruji.
Menurutnya, meskipun dengan alat seadanya dan mengaku sangat minim pengetahuan prihal seni membatik, namun hasil karyanya sudah mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bahkan, lukisan bertajuk “Anak Durhaka Sama Orang Tua” itu sempat dihargai jutaan rupiah
“Lukisan ini pernah ditawar Rp 6,5 juta asalkan tidak dijadikan motif batik,” katanya, Kamis, (3/3/2017) saat ditemui di aula Rutan Kelas IIb Sumenep.
Napi kasus narkoba itu mengaku sengaja tidak melepas dengan harga yang ditawar oleh salah satu pengusaha bukan karena kurang mahal. Melainkan hasil karyanya direncanakan akan dihakpatenkan sehingga bisa dikembangkan apabila dirinya bebas nanti.
“Saya melukis bukan semata untuk materi saja, saya terjun ke dunia seni untuk ketenangan batin. Makanya, kami tidak lepas meskipun harganya tinggi,” sambungnya kepala media ini.
Dikatakan, selama berada di Rutan Kelas IIb dirinya telah banyak menghasilkan lukisan yang juga mempunyai nilai seni tinggi. Selain motif anak durhaka kepada orang tua, yang mempunyai nilai seni tinggi salah satunya motif Bunga Sorga, Kuda Terbang, Putri Duyung, dan motif penampakan Dajal, serta motif yang lain.
Saat ini Ainur telah mempunyai sekitar 10 orang yang telah dibina untuk menekuni dunia seni. Peran 10 orang itu berbeda, ada yang melukis dan ada juga yang mewarnai serta ada juga sebagai penyiap alat. “Sudah 10 lukisan yang kami abadikan saat ini,” jelasnya.
Sementara Kepala Rutan Kelas IIb Sumenep, Ketut Akbar Herry Ahyar mengatakan, dirinya mengaku akan menfasilitasi semua kreatifitas warga binaan. “Kalau memang ada kemauan selagi itu sifatnya positif pasti kami fasilitasi, seperti apa pun bentuknya,” kata Akbar.
Ia melanjutkan, saat ini banyak kreativitas warga binaan yang bisa dijual, salah satunya pecut khas Madura, burung merak, membuat layang-layang, perahu yang terbuat dari stik es krim, membatik, membuat layang-layang dan kerajianan yang lain.
Untuk pemasaran hasil kreativitas itu, dipasarkan ke berbagai tempat. Untuk layang-layang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional. Demikian juga lukisan burung merak dan pecut dipasarkan di berbagai hotel di Sumenep. “Selain itu juga dipasarkan kepada warga yang membesuk,” tandasnya. (jie/oza)
[box type=”shadow” ]
BACA JUGA :
[/box]