Nasional

Jaga Keutuhan NKRI ‘Kaum Sarungan’ Sumenep Launching Rumah Densus 26

Launching rumah Pendidikan Khusus Da’i Ahlussunnah Wal Jamaah 1926 atau Densus 26, di Jalan Trunojoyo Gg. XII Nomor 2 B Kolor, Sumenep, Sabtu (2242017). FaktualNews.co/Panjie Agira/

 

SUMENEP, FaktualNews.co – Untuk menjaga keutuhan NKRI dalam bingkai Ahlussunnah Wal Jamaah ala Nahdlatul Ulama (NU), para ‘kaum sarungan’ atau santri melaunching rumah Pendidikan Khusus Da’i Ahlussunnah Wal Jamaah 1926 atau Densus 26, di Jalan Trunojoyo Gg. XII Nomor 2 B Kolor, Sumenep, Sabtu (22/4/2017).

Kordinator Densus 26 Wilayah Madura Nur Faizin menjelaskan, lahirnya Densus 26 bertujuan memperjuangkan Islam yang benar-benar rahmatan lil alamin sebagaimana telah dipraktikkan Nabi Muhammad SAW.

“Rahmatan di sini tidak melulu bagaimana pengupayakan masyarakat (umat) yang sejahtera, pun juga masyarakat yang harmoni tanpa konflik,” katanya.

Densus 26 ini merupakan wadah progresifitas ‘kaum bersarung’ untuk menjaga dan merawat Islam ala Nusantara yang sudah turun temurun dan menjadi bukti persandingan atau harmoni Islam dan Negara.

Menurutnya, maraknya paham keagamaan baru di negeri ini semakin berdampak sistemik pada perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Beberapa paham keagamaan, khususnya Islam, semakin memperlebar jurang fundamentalisme.

BACA JUGA :

Kelompok Islam puritan misalnya, menginginkan perubahan struktur ketatanegaraan dan pemerintahan dalam konsep khilafah.

“Mereka semakin merangsek kedalam sendi-sendi kehidupan beragama dan ber-ahlussunnah wal jamaah yang mayoritas dijalankan umat Islam di Indonesia,” terang Faizin.

Tidak hanya itu, lebih lanjut Faizin memaparkan, pemahaman mereka yang dangkal perihal Islam dan sunnah begitu mudah mengkafirkan golongan atau kelompok lain yang tidak sepaham.

“Kecenderungan ini semakin memperlebar jurang disintegrasi, pun juga konflik dan teror di beberapa daerah acap mengemuka,” imbuhnya.

Rasa aman untuk menjalankan praktik keberagamaan dan praktik sosial kemasyarakatan lainnya tentu menjadi entry point dalam merekatkan hubungan berbangsa dan bernegara.

Ancaman disintegrasi tentu perlu disikapi serius oleh banyak kalangan, terutama para ulama yang menjadi soko guru praktik keberagamaan dan keberagaman  di Indonesia

Densus 26 yang dipimpin oleh Imam besar KH Marzuki Mustamar ini pun mengedepankan Ahlussunnah wal jamaah sebagai landasan berpikir, penting kiranya diketengahkan dalam situasi yang hampir turbulensi tersebut.

“Ahlussunnah atau kelompok yang cinta melakukan sunnah nabi dapat menjadi jawaban atas segala permasalahan di negeri ini. Apalagi dibarengi dengan etika wal jamaah. Sangat jarang (atau tidak ada sama sekali) kita temui kelompok ahlussunnah wal jamaah melakukan serangkaian tindakan fanatisme kelompok dan radikalisme berdasarkan agama yang dapat merugikan orang lain,” pungkas Faizin. (jie/rep)