FaktualNews.co

Mbah Karti Hidup Sebatang Kara , Makan Dari Ulur Tangan Tetangga

Peristiwa     Dibaca : 1905 kali Penulis:
Mbah Karti Hidup Sebatang Kara , Makan Dari Ulur Tangan Tetangga
Mbah Karti (95), yang hidup sebatang kara dan mengandalkan belas kasih tetangga.FaktualNews/Ahmad Syamsul A

JOMBANG, FaktualNews.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang, Jawa Timur nampaknya harus lebih meningkatkan kinerjanya lagi dalam hal menyejahterakan warganya. Sampai saat ini masih banyak ditemui warga miskin hidup sebatang kara yang belum tersentuh bantuan pemerintah setempat.

Seperti yang menimpa Mbah Karti (95) warga Dusun Maron, Desa Sidowarek, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Di usia yang hampir mencapai satu abad itu, Mbah Karti masih harus berjualan pecel pincuk di Pasar Blimbing, Gudo demi menyambung hidup. Setiap hari, ia harus berjalan kaki ke Pasar Blimbing dengan jarak tempuh kurang lebih dua kilometer dari rumah hanya untuk mencari sesuap nasi.

Di usia lanjutnya itu, Mbah Karti harus berjuan keras demi sesuap nasi dan menghilangkan dahaga. Tepat di pojok Pasar Blimbing Gudo, ia duduk sembari menunggu pembeli yang mampir. Sepincuk pecel yang dijual, sangat berarti baginya agar dapat menjual pecel keesokan harinya.

BACA JUGA

[divider]

Saat ini Mbah Karti sudah tidak punya siapa-siapa. Kabar berhembus Mbah Karti memiliki dua anak, namun sudah bertahun-tahun kedua anaknya pergi meninggalkan Mbah Karti.
Entah dimana kini rimbanya.

Mbah Karti juga tidak memiliki tempat tinggal layak, selama ini ia tinggal di rumah gedek milik Sukar (47) warga setempat. Terpantau jelas beberapa tiang penyangga rumah sudah keropos, sehingga nampak doyong ke sisi barat. ”Niki nggadahe pak Sukar (Ini tanah milik pak Sukar),’’ katanya di rumah tersebut, Minggu (04/06/2017).

Di rumah seluas 7×4 meter itu, Mbah Karti tinggal berdampingan dengan kandang sapi. Tentu bau rumahnya laiknya kandang.
Untuk keperluan sehari-hari, seperti megambil air, menyapu teras hingga mencuci baju sudah tak mampu ia lakukan. Bahkan, untuk makan sehari-hari ia terpaksa mengandalkan belas kasih tetangga.

”Masak janganan (sayur) mbah’e masih bisa, tapi kalau masak nasi tidak bisa,’’ imbuhnya.
Pada Bulan Ramadan ini, Mbah Karti mengaku sudah mulai mengurangi aktivitas jualannya, ia tak lagi berjualan pecel pincuk ke pasar Gudo. Namun ia memilih berjualan di depan rumahnya.

Tak seperti pada umumnya pedagang di pasar yang ramai pembeli, dalam sehari hanya beberapa pincuk saja yang terjual, Itupun tetangga sekitar rumahnya yang iba dengan kondisi Mbah Karti. ”Ya masih ada yang beli, kadang sepi,’’ tuturnya.(syam/ivi)

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul