SURABAYA, FaktualNews.co – RLS, pemuda 15 tahun yang diduga akan melakukan pencurian burung harus meregang nyawa di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim setelah jadi bulan-bulanan massa.
Setelah tujuh hari dirawat di ruang ICU RS Bhayangkara Polda Jatim, pemuda ini akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada Selasa, 24 Oktober 2017 siang, sekitar pukul 13.00 WIB.
RLS sendiri saat itu mengalami luka berat di sekujur tubuhnya, terutama di bagian kepalanya. “Seluruh luka itu disebabkan amukan massa,” ujar saudara dekat RLS, Ancha Maulana.
Dia dikeroyok massa di perkampungan Jogoloyo pada Rabu, 18 Oktober 2017 lalu, setelah dia mengaku diajak oleh temannya yang lebih dewasa bernama Rahnoyo. Saat itu keduanya berniat untuk main ke tempat temannya.
Namun, ketika melintas di Jalan Jogoloyo, tiba-tiba Rahnoyo punya ide untuk mencuri burung milik salah satu warga. Rahnoyo yang lebih dewasa, menyuruh RLS untuk mengawasi suasana sekitar.
Bocah kelahiran Jakarta ini sempat menolak. Namun apa daya karena Rahnoyo mengancam dengan memukul kepalanya, akhirnya RLS pun menuruti kemauan pria yang akrab disapa Noyo ini.
Apes, pelaku Noyo baru masuk halaman rumah, aksi keduanya dipergoki warga. Mengetahui ada maling, warga pun murka, keduanya akhirnya jadi bulan-bulanan warga. RLS dan Noyo babak belur hingga tidak sadarkan diri. Keduanya lalu dibawa ke Mapolsek Dukuh Pakis.
Karena kondisi memburuk, anggota Polsek Dukuh Pakis membawa keduanya ke RS Bhayangkara sesaat setelah diserahkan warga. Polisi juga belum sempat menginterogasi kronologi secara mendalam.
“Saat di rumah sakit, dokter menyatakan RLS dalam kondisi kritis,” tambah Ancha kepada Faktualnews.co, Selasa (24/10/2017).
RLS sempat dinyatakan koma. Tubuhnya yang kecil nampaknya tidak mampu menahan gebukan massa. Begitu juga dengan Noyo. Kondisinya sempat menurun drastis sebelum akhirnya mulai siuman pada Minggu lalu.
Setelah dinyatakan meninggal, pihak keluarga sempat kesulitan membawa RLS pulang. Karena, tagihan biaya perawatan sekitar Rp 23 juta belum bisa dibayarkan.
Maklum, sejak usia 3 bulan RLS diserahkan oleh ibunya kepada neneknya. Alasannya ibu kandungnya tidak sanggup mengasuh. Sehingga putranya hidup berdua dengan neneknya yang terkenal dengan panggilan Mak Bayek. Dia tinggal di Joyoboyo, di depan terminal bis hijau.
Profesi Mak Bayek sebagai tukang pijet bayi dan pengemis di terminal. Namun, setelah menunggu tiga jam, pihak RS Bhayangkara mengijinkan keluarga untuk membawa pulang jenazah RLS. Biaya perawatan sementara ditanggung pihak RS, Sambil menunggu kejelasan dari pihak Dinsos.
“Kami juga masih koordinasi dengan penyidik apakah jadi dilakukan otopsi atau tidak,” ujar Kepala Rumah Sakit RS Bhayangkara Polda Jatim, Kombespol dr Prima Heru Y.
Terkait perkara ini, kuasa hukum RLS, Hisom Prasetyo berencana melakukan laporan balik. Alasannya, kliennya dihakimi sebelum perbuatannya terbukti. Bahkan, sampai merenggut nyawanya. “Kami akan lapor balik, berharap keadilan bisa ditegakkan,” tandasnya.