Pulang dari Ibu Kota, Nasik Divonis Suspect Difteri
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Jumlah penderita pasien suspect difteri di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, bertambah, Minggu (17/12/2017). Hingga kini tercatat ada 11 pasien.
Terakhir yakni Ahmad Nasik yang didiagnosa suspect difteri oleh dokter sejak empat hari lalu. Pria asal Desa Ngabar, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto ini mulai mengalami panas tinggi sejak pulang dari Jakarta, Rabu (13/12/2017). Selain panas tinggi, Nasik juga merasakan nyeri pada kerongkong tenggorokan.
“Setelah pulang dari Jakarta, paginya merasakan badan ini menggigil sekali. Ditambah tenggorokan sakit, meskipun sudah dikasih air hangat tapi tidak ada perubahan,” kata pria yang bekerja di PT Martex ini.
Meski telah mendapatkan pengobatan di poliklinik setempat, tak ada perubahan yang drastis pada tubuhnya. Ia pun kemudian mencoba memeriksakan tenggorokannya ke Poli Telinga Hidung Tenggorokan (THT) rumah sakit.
“Dari hasil periksa di rumah sakit itu, kata dokter tanda-tandanya mirip difteri. Saat itu juga langsung disuruh untuk opname sampai hasil laboratorium keluar,” terangnya saat ditemui awak media.
Nasik menduga, ia terserang difteri usai pulang dari Jakarta. Sebab, kondisi kesehatannya menurun drastis usai kembali dari Ibu Kota. Sejak saat itu ia merasakan tubuhnya mulai melemah.
“Awalnya saya mikir kalau itu cuma kecapekan, karena pulang dari Jakarta besok paginya langsung kerja. Eh tidak tahu kalau kondisinya makin drop dan langsung panas tinggi,” terangnya.
Sementara itu, Chief Emergency Room RS Islam Sakinah dr Lailatul Hikmah mengatakan bahwa Nasik masih tergolong suspect difteri dan belum dinyatakan positif. Ini dilihat dari hasil riwayat medis pasien selama beberapa hari terakhir.
Seperti panas tinggi, sakit pada tenggorokan dan bercak putih. Kendati demikian, tim dokter tetap memberikan perawatan intensif di ruang isolasi untuk mencegah terjadinya penularan terhadap lingkungan.
“Sejauh ini, kami mendiagnosa suspect difteri tonsil pada pasien. Karena beslag keabu-abuannya belum muncul, dan kami telah memberikan toksin dan antibiotik untuk mencegah berkembangnya bakteri,” jelasnya.
Selain itu, pihak rumah sakit juga telah memberikan sosialisasi kepada keluarga tentang bahanya penyakit difteri. “Dan untuk itu, kami langsung memberikan edukasi pada keluarga tentang bahayanya penyakit ini jika tidak segera tertangani dengan cepat,” tandasnya.