Tuai Kritikan, Donald Trump: Saya Bukan Rasis
SURABAYA, FaktualNews.co – Presiden Donald Trump menegaskan bahwa dia “bukan seorang rasis,” setelah berita gencar tentang pernyataan “shithole” memicu kritik global, Minggu (14/1/2018) .
Setelah pemberitaan harian The Washington Post dan The New York Times mengenai ucapan merendahkan yang dikeluarkan Presiden AS terhadap beberapa negara asing dalam sebuah pertemuan, Donald Trump kini sibuk menangkis tuduhan bahwa dirinya rasis.
“Saya bukan seorang rasis, saya adalah orang paling tidak rasis yang pernah Anda wawancarai, itu yang dapat saya katakan kepada Anda,” kata Trump kepada wartawan di Trump International Golf Club di West Palm Beach, Florida, Minggu malam (14/1/2018).
Ucapan Trump yang bocor ke media itu dikeluarkannya pada pertemuan tertutup dengan kalangan anggota parlemen dalam pembahasan tentang reformasi imigrasi.
Ketika beberapa anggota parlemen mengangkat isu perlindungan bagi imigran dari negara-negara Afrika, Haiti dan El Salvador, Donald Trump dilaporkan bereaksi menolak dan menanyakan, mengapa Amerika Serikat harus menerima imigran dari “shithole countries”, daripada – misalnya – dari Norwegia yang makmur.
Trump mengeritik sistem lotere Greencard yang selama ini diterapkan Amerika Serikat untuk mengundang imigran datang ke negara itu.
“Saya, sebagai Presiden, ingin orang-orang yang datang ke Negara kita akan membantu kita menjadi kuat dan hebat lagi, (jadi) orang-orang datang melalui sebuah sistem yang berbasis pada KELAYAKAN. Tidak perlu ada lagi (sistem) LOTERE! #AMERICA FIRST,” tulis Donald Trump lewat Tweeter.
Presiden AS mengatakan, dia mencoba meraih kesepakatan imigrasi, namun kubu Demokrat tidak membantu.
“Kami siap, bersedia dan mampu membuat kesepakatan mengenai DACA,” kata Trump, menunjuk pada aturan Deferred Action for Childhood Arrival yang menjamin perlindungan pada anak-anak dari negara asing yang dibawa ke Amerika Serikat secara ilegal.
“Saya tidak berpikir bahwa Demokrat ingin membuat kesepakatan. Orang-orang DACA harus tahu bahwa Demokrat adalah orang-orang yang tidak mau membuat kesepakatan.”
Donald Trump bulan September mengumumkan bahwa dia akan membatalkan program DACA dalam waktu enam bulan. Itu berarti, mereka yang diijinkan tinggal di AS melalui fasilitas DACA akan bisa dideportasi mulai bulan Maret.
Demokrat “tidak menginginkan keamanan di perbatasan,” tandasnya.
“Anda membuat orang-orang berdatangan masuk (ke AS). Mereka tidak ingin menghentikan narkoba, dan mereka ingin mengambil uang dari militer kita,” lanjut Donald Trump.
Pengamat dari kalangan bisnis mengatakan, perekonomian AS bisa kehilangan sampai 215 miliar dolar AS per tahun, jika sekitar 800.000 orang yang saat ini tinggal di AS melalui fasilitas DACA harus meninggalkan negara itu dan pekerjaannya. Saat ini saja sudah banyak perusahaan mendapat kesulitan mengisi lowongan kerja yang ada.
Seorang hakim AS memerintahkan pemerintah federal untuk tetap memberlakukan fasilitas DACA sampai ada keputusan keputusan akhir tentang pembatalan aturan tersebut.
Ini berarti, mereka yang menggunakan fasilitas DACA sekarang masih bisa memperbarui ijin tinggalnya, kecuali ada keputusan pengadilan tinggi yang mengukuhkan pembatalannya. DACA diberlakukan pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama pada tahun 2012.