Kunjungi Pabrik Sepatu, Gus Syaf Dengarkan Keluhan Buruh
JOMBANG, FaktualNews.co – Syafi’in atau Gus Syaf melanjutkan kampanyenya dengan mengunjungi pabrik sepatu di Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (19/2/2018) malam. Gus Syaf datang di pabrik didampingi istri, anak dan tim relawannya.
Di pabrik tersebut, Gus Syaf berdialog dengan buruh pabrik dan mendengarkan curhatan para karyawan. Didepan Gus Syaf, karyawan berharap gaji buruh naik dan ada jaminan keselamatan kerja. Hal lain yang menjadi topik obrolan yaitu kontrak kerja sebagian buruh.
“Jombang punya banyak pabrik kecil, menengah dan besar karena geografisnya yang dekat dengan pusat Pemerintahan dan ekonomi yaitu Surabaya. Namun terkadang kasihan buruh yang gajinya kecil,” kata calon bupati yang diusung partai PDIP ini.
Penangganan buruh pabrik perlu pendekatan persuasif kepada kedua belah pihak dari unsur pabrik dan karyawan. Karena bila gaji buruh tinggi maka investor protes. Tetapi kalau upah rendah gantian buruh yang demo.
Selain itu, pemerintah kedepan juga harus pandai mengundang investor baru untuk menanam investasinya di Jombang. Dengan begitu dapat membuka lowongan pekerjaan baru bagi usia produktif. Salah satu cara menarik investor yaitu tidak mempersulit permasalahan izin usaha dan memangkas pungli. Dan pastinya tidak melupakan hak-hak buruh.
“Saya sampaikan ke masyarakat setiap kali bertemu dimana pun berada, salah satu program andalan saya yaitu Nyibat atau nyimpang babat. Siapa yang korupsi atau pungli maka kita ganti. Seperti pungli perizinan usaha baru di luar ketentuan yang ada,” tambah Gus Syaf.
Pasca ketemu buruh, Gus Syaf berpindah ke Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang untuk ketemu masyarakat luas. Pertemuan tersebut dihadiri mayoritas petani padi dan penggiling padi.
Gus Syaf menyebutkan menerima banyak keluhan masyarakat terutama masalah pupuk yang langka ketika musim tanam. Masalah belum berhenti disana, ketika tiba musim panen harga gabah dan beras turun drastis. Akibatnya petani merugi karena berasnya kalah saing dengan beras impor.
“Di Jawa Timur ada pabrik pupuk, kalau ada kelangkaan pupuk berarti ada yang bermain menjadi makelar. Ini harus diputus karena menyiksa petani. Tadi juga banyak warga yang tidak pakai baju, kita kasih baju senangnya minta ampun. Karena belum ada calon bupati ke sini selama ini,” pungkasnya.