FaktualNews.co

Periode Kejayaan

Sejarah Bioskop di Jombang Dari Masa Ke Masa (1)

Wisata     Dibaca : 3961 kali Penulis:
Sejarah Bioskop di Jombang Dari Masa Ke Masa (1)
FaktualNews.co/Istimewa/
Jejak tersisa dari keberadaan Bioskop di Jombang. (Foto:Addakhil/Paijo)

JOMBANG, FaktualNews.co – Bioskop atau tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar, diperkirakan masuk ke Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada tahun 1960-an.

Itu termasuk rentang waktu yang cukup lama, mengingat berdirinya bioskop permanen pertama yang didirikan oleh Belanda pada 5 Desember 1900, di Jalan Tanah Abang 1, Kebon Jahe, Jakarta Pusat.

Bioskop pertama yang berdiri di Kota Santri, dikenal dengan nama Bioskop Ria. Gedung Bioskop ini terletak di sebelah baratnya taman Ringin Contong.

Kini, bangunan bekas gedung Bioskop itu menjadi toko lampu hias. “Berdasarkan pengalaman saya dan cerita-cerita orang tua, gedung Bioskop pertama di Jombang berdiri pada tahun 1960-an. Saya mulai ke Bioskop pada tahun 1980-an,” ungkap Budayawan Jombang, Dian Sukarno.

Selain Bioskop Ria, lanjutnya, di Jombang pada masa lalu, ada Bioskop lain yang juga eksis hingga akhir tahun 90-an. “Saat itu yang terkenal dua bioskop bernama Ria dan Basuki,” bebernya, Sabtu (17/3/2018).

Bioskop Basuki, sebagaimana dimaksud Dian Sukarno, berada di Jalan KH Wahid Hasyim Jombang atau timurnya Kebon Rojo. Kini, gedung Bioskop itu berubah menjadi Toko Swalayan.

Gedung Bioskop Jombang

Salah satu bekas gedung bioskop di Jombang. (Foto:@info_jombang)

Menurut catatan buku karangan Nanang Ganda Prawira dengan judul “Sejarah Film dan Penyusunannya”, Bioskop awalnya ditemukan pada tahun 1890-an. Muncul pada masa revolusi industri seperti halnya kemunculan telepon, phonograph dan automobil.

Secara etimologis, bioskop yang dalam Bahasa Belanda ialah bioscoop berasal dari Bahasa Yunani βιος yang artinya hidup dan σκοπος yang artinya melihat.

Secara umum, bioskop adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan sebuah proyektor.

Dimasa kejayaannya, dua bioskop pertama di Jombang pada rentang 1980-1990, hampir setiap hari menyetel film India. Film India dipilih karena budayanya yang hampir sama dengan Indonesia.

Selain itu, didalam film India juga ada tarian dan nyanyian. Sehingga orang zaman dahulu berpikir film India lebih disukai karena dianggap praktis.

“Saya dulu ngontel (naik sepeda ontel) ramai-ramai dari Gudo ke bioskop di Jombang. Dari rumah kita bawa makanan dan jajan untuk persiapan waktu nonton dan bekal selama dijalan,” tambah Dian.

Dian menjelaskan, pada zamannya, Bioskop dimulai sejak sore sekitar pukul 17.00 WIB sampai malam hari. Setiap hari ada tiga film yang diputar di bioskop. Setiap ke bioskop, Dian harus berangkat dari siang hari setelah shalat dzuhur.

Pada saat itu, masyarakat kurang menyukai film dari barat. Alasannya, masyarakat tidak faham bahasanya dan budaya yang berbeda.

Masyarakat Jombang, tutur Dian, pada zaman dahulu menyebut film barat dengan julukan “Film Yes”. Sehingga yang mengusai bioskop saat itu adalah film nasional seperti Warkop DKI, Benyamin, Rhoma Irama dan film India serta Mandarin (Kungfu).

“Dulu kalau mau tahu hari ini film apa yang diputar, maka kita bisa tanya petugas bioskop membagikan lembaran kertas yang berisi judul film ke pasar dan desa-desa. Setiap hari petugas itu keliling membagikan kertas yang kalau sekarang seperti pamflet yang diprintkan,” ujarnya.

Sementara itu, Budayawan Jombang Nasrullah mengatakan, Bioskop Basuki dulu berdiri diatas lahan bekas terminal Jombang. Selain bioskop Ria (awalnya bernama Rex) dan Basuki, pada periode selanjutnya ikut berdiri pula Bioskop baru bernama Restu dan Plaza.

“Saya ketahui ada dua yaitu Bioskop Basuki dan Bioskop Rex berdiri pada tahun 1960-an. Menyusul kemudian ada Bioskop Restu dan Bioskop Plaza,” katanya.

Budayawan yang juga adik kandung Emha Ainun Najib ini menyebutkan, Bioskop Ria dan Basuki, dulunya berdiri diatas aset Pemerintah Kabupaten Jombang. (Bersambung)

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Syafi'i