Dibangun 1983, Ini Spesifikasi Jembatan Babat-Widang Tuban yang Ambruk
SURABAYA, FaktualNews.co – Ambruknya jembatan Babat-Widang di Tuban, Jawa Timur, Selasa (17/4/2018) memakan korban jiwa. Dua orang tewas akibat kejadian tersebut. Sementara 3 truk masuk ke sungai.
Informasi yang didapat, jembatan tersebut memang sudah mengalami pergeseran sebelumnya. Hal itu diduga disebabkan usia jembatan yang sudah menua sehingga tak mampu lagi menahan beban saat dilintasi kendaraan. Ditambah lagi derasnya arus Sungai Bengawan Solo, membuat jembatan itu mengalami kerusakan.
Data yang dihimpun FaktualNews.co dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Direktorat Jendral Bina Marga Kementrian PUPR, jembatan Babat-Widang yang dibangun pada tahun 1983 ini, memiliki 5 bentang. Kontruksi jembatan menggunakan rangka baja Callender Hamilton (Type A).
Sementara panjang total jembatan yakni 260 meter. Terdiri dari segment 1 55 meter, segment 2 55 meter, segment 3, 55 meter, segment 4, 55 dan segment 40 meter. Sedangkan lebar jembatan yakni 7 meter, belum termasuk trotoar di kiri dan kanan jalan. Untuk bangunan bawah menggunakan pondasi tiang pancang beton.
Dari 5 segmen tersebut, satu titik pernah dua kali mengalami kerusakan. Jembatan yang membentang di atas aliran sungai Bengawan Solo ini pernah mengalami ambles sekitar 1o sentimeter (cm) pada 23 Juli 2015. Bagian jembatan yang mengalami kerusakan berada di segmen 1 dibagian ujung yang masuk wilayah Lamongan.
Kerusakan itu sendiri diduga akibat adanya beberapa baut pada plat pengait yang kendur, sehingga menyebabkan penyangga besi rusak dan ambles. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, hanya saja seluruh kendaraan dilarang melintas di lokasi tersebut.
Selanjutnya di tahun 2017. Jembatan yang terletak di KM Surabaya 72+240 ruas jalan nasional dan termasuk
dalam jaringan jalan lintas utara Propinsi Jawa Timur ini kembali mengalami kerusakan. Titiknya pun sama, berada di segmen 1.
Jembatan mengalami penurunan pelat lantai sebesar 8,50 cm dan diperkerasan sebesar 7,50 cm. Kerusakan ini disebabkan baut penghubung badan cross girder sebanyak 5 buah lepas atau hilang di tiap sisi. Akibat getaran yang terjadi pada jembatan, pelat penyambung flens cross girder bagian bawah terjadi patah.
Namun, saat itu, perbaikan jembatan tidak menutup jalur keseluruhan. Kendaraan bertonase besar dilewatkan jembatan baru disebelahnya. Sementara kendaraan kecil tetap melintas di jembatan tersebut. Perbaikan itu sendiri diselesaikan pada 7 November 2018.
Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk melakukan pengecekan kondisi seluruh jembatan yang ada di Indonesia, terutama di wilayah Jawa Timur. Agar persitiwa serupa tak kembali terjadi.
“Apalagi ini baru dilakukan perbaikan menjelang akhir tahun 2017, seharusnya peristiwa ini tidak terjadi jika pengawasan dan perawatan selalu dilakukan secara continue,” kata Angggota Komisi V DPR RI Sadarestuwati, saat dihubungi melalui sambungan ponselnya, Selasa (17/4/2018).
Politisi wanita yang akrab disapa Mbak Estu ini juga menyentil adanya indikasi permainan dalam realisasi pembangunan jembatan-jembatan di bawah naungan Kementrian PUPR ini. Lantaran, ada beberapa proyek yang kualitasnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
“Mekanisme lelang bebas itu memang ada plus dan minus. Karena kontraktor menawar seenaknya sendiri, sampai titik batas terendah. Padahal kita tahu, dengan budget rendah, maka kualitasnya seperti itu. Belum lagi kalau di dalam lelang ada permainan, pasti berdampak pada kualitas bangunan,” tuturnya.
Untuk itu, politisi PDIP ini mendesak agar Kementerian PUPR terus berbenah dalam melakukan pengawasan dan pengecekan jembatan-jembatan di Indonesia. Termasuk juga meminta agar pengawasan pembangunan jembatan baru memang benar-benar ditingkatkan. Sehingga tidak ada permainan di dalamnya.