SURABAYA, FaktualNews.co – Ujaran kebencian turut serta mewarnai proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Indonesia, tak terkecuali di Jawa Timur. Namun di wilayah ini, tingkat ujaran kebencian tergolong rendah bila dibandingkan di daerah lain.
Rendahnya sikap ujaran kebencian yang kerap disampaikan melalui media sosial, tak terlepas dari upaya kepolisian selama ini yang mengaku terus menekan ujaran kebencian selama Pilkada berlangsung.
“Polda Jatim dengan memperhatikan jumlah penduduk seharusnya, tingkat ujaran kebencian menempati posisi satu. Namun pada kenyataannya pada saat Pilkada serentak di 18 kabupaten kota dan satu pemilihan gubernur, Jawa Timur, menempati posisi 13 hingga 14 di Indonesia,” tutur Kabidhumas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Frans Barung Mangera, Kamis (16/8/2018).
Peringkat tersebut menunjukkan upaya kepolisian telah berhasil menganulir kemungkinan terjadinya tindakan ujaran kebencian yang bisa saja dilakukan para netizen yang tersebar di Jawa Timur.
Langkah menganulir kemungkinan terjadi tindakan ujaran kebencian itu, dijelaskan Barung, dengan cara mobilisasi 2.4 juta netizen pendukung potensial Polda Jawa Timu, sehingga simpul-simpul pergerakan sendi-sendi pada dunia siber semakin kuat.
Langkah ini, katanya, tidak serta merta dilakukan dengan cara instan. Melainkan sudah jauh-jauh hari dengan menanamkan rasa kesadaran masyarakat akan pentingnya menghindari sikap ujaran kebencian.
“Dan ini sudah terbentuk di masyarakat Jawa Timur, dan kita berhasil di Pilkada serentak,” lanjutnya.
Keberhasilan saat itu, menurutnya sebagai kekuatan serta modal dasar dalam rangka mensukseskan Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) di tahun 2019 mendatang. Yang baginya, kerawanan terjadinya ujaran kebencian semakin besar.
“Ini mulai terasa, misal tagar 2019 ganti presiden, dan saya yakin kita akan bisa menghindari itu,” tutupnya.