Nilai Dolar Melambung, Harga Kedelai Selangit, Produsen Tahu di Jombang Menjerit
JOMBANG, FaktualNews.co – Penguatan nilai tukar dolar terhadap rupiah belakangan ini melambung tinggi. Nampaknya, kondisi seperti ini, juga berdampak bagi produsen tahu di wilayah Kabupaten Jombang.
Sebagaimana dikatakan Sugiat salah satu pengrajin (produsen) tahu, di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. Menurutnya, kedelai sebagai bahan baku tahu hampir 80 persen adalah menggunakan kedelai impor.
“Karena kedelainya impor dengan harga tinggi, kami yang modal pas-pasan bisa bertahan saja sudah bersyukur, ” ujar Sugiat kepada FaktualNews.co, Jum’at (07/9/2018).
Lebih lanjut Sugiat mengatakan, yang lebih parah lagi, disaat harga kedelai naik, pihaknya tidak bisa menaikkan harga tahu hasil produksinya. Apalagi jika menaikan harga tahu, tidak semua produsen tahu menaikkan harganya.
Demikian ini, kata Sugiat lagi, karena sesama pabrik tahu tidak bisa menyatu dalam menyikapi harga kedelai yang berdampak pada usahanya tersebut.”Kalau mau menaikan harga tahu, semua produsen juga harus menaikkan harga. Menaikkan harga sendiri kan nggak bisa,” kata Sugiat.
Dengan harga kedelai yang sudah mencapai Rp 7.500 hingga Rp 8.000 per kilo gramnya, seperti saat ini. Pengrajin tahu mengaku hanya bisa bertahan saja. Namun, jika harga kedelai terus naik, dipastikan akan berhenti memproduksi tahu.
Untuk mengatasi kenaikan ini ia terpaksa mencampur kedelai lokal dan kedelai impor. Sebab, jika mengecilkan ukuran tahu dikhawatirkan akan kehilangan para pelanggan. Namun, disisi lain, saat ini pihaknya mengaku cukup kesulitan mendapatkan kedelai lokal.
Dengan melambungnya harga kedelai tersebut, Sugiat berharap pemerintah bisa menurunkan harga seperti semula sebesar Rp 7.000 per kilo gramnya. “Mudah-mudahan nilai rupiah terhadap dolar menguat, sehingga harga kedelai impor juga menurun, “pungkasnya.