FaktualNews.co – Indonesia memiliki beraneka ragam kuliner yang jadi favorit banyak orang karena memiliki cita rasa yang khas. Setelah rendang menjadi kuliner Indonesia populer dan menjadi makanan terbaik di dunia. Kini, tempe yang akan dipromosikan agar bisa diterima oleh masyarakat dunia.
Cita rasa tempe yang dianggap makanan ‘ndeso’ membuat warga dunia jatuh cinta dan membuat penikmatnya semakin banyak. Pencinta tempe di luar negeri bahkan menjulukinya sebagai magic food atau makanan ajaib.
Ketua Tim Percepatan Wisata Belanja dan Kuliner Kementerian Pariwisata, Vita Datau Messakh, mengatakan tempe sudah diproduksi di mana mana. Di Australia, Asia Pasifik, bahkan Amerika dan Eropa. Nilai jualnya juga tinggi.
“Yang terpenting bisa mengangkat nama Indonesia sebagai negeri asal tempe,” tuturnya, seperti dilansir dari Brillio.
Salah satu yang paling berperan dalam membawa tempe menembus dunia adalah Rustono. Seorang pengusaha tempe sukses di Jepang. Namun, tempe produksinya tak hanya beredar di Jepang. Tempe yang dilabeli merek Rusto’s Tempe itu juga sudah menembus pasar dunia. Seperti Meksiko, Korea, Brasil, Polandia, dan Hongaria.
olahan tempe buatan Rustono juga dipakai dalam menu penerbangan maskapai Garuda Indonesia rute Osaka-Denpasar. Harganya cukup fantastis, sekitar 350 yen atau Rp 40.000 per 250 gram.
Kini bukan hanya Rustono yang memproduksi tempe di luar negeri. Ada juga Ana Larderet, perempuan cantik asal Prancis yang kepincut dengan nikmatnya tempe. Tempe buatannya juga sangat terkenal di Prancis.
Perkenalan Ana dengan tempe berawal ketika ia kuliah satu tahun di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Selama menyelesaikan pendidikannya itu dirinya jatuh cinta dengan tempe dan masih menjadi makanan kesukaannya.
Selain Ana Larderet, di Australia juga ada warga lokal bernama Amita Buissink yang jatuh cinta kepada tempe. Ia bahkan memproklamirkan diri sebagai duta tempe. Tak hanya memproduksi tempe di Margaret River Tempeh, Australia Barat, tetapi Amita juga menularkan ilmu fermentasi tempe kepada anak-anak sekolah.
Ia pun sering diundang menjadi pembicara tempe bahkan sampai kembali ke Indonesia. Bukan itu saja, tujuh tahun memproduksi tempe, rasa tempe buatan Amita sama persis seperti tempe tradisional produksi perajin Indonesia. Kini pun ia membuat inovasi baru dengan keragaman tempe non kedelai.
“Harga jual tempe di Australia delapan kali lebih tinggi daripada di Indonesia. Sedangkan di Prancis, tempe buatan Ana dibanderol harga sekitar 4 euro-8 euro (1 euro setara Rp 15.000). Tetapi peminatnya tetap banyak. Ini menandakan tempe dapat menjadi duta kuliner Indonesia,” pungkas Vita Datau.