Ini Kendala Evakuasi Korban Terperosok Septictank di Jember
JEMBER, FaktualNews.co – Musibah terperosoknya 4 orang warga Dusun Krajan, RT 01/ RW 02 Desa Karangpring, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember, Jawa Timur, ke dalam kolam pembuangan kotoran (septictank) menyisakan duka mendalam. Sebab, semua korban dalam kondisi meninggal dunia, setelah kurang lebih 3 jam berada di dalam septictank.
Diketahui Empat warga yang bernasib nahas itu, bernama Nuraini (44) seorang Janda, Amir (51) tetangga dan masih saudara Nuraini, Ahmad (33), dan Imam (19) anaknya Amir. Musibah itu pun membuat warga sekitar histeris karena kondisi semua korban saat evakuasi dalam kondisi meninggal semua.
Dalam proses evakuasi, petugas gabungan dari Basarnas, BPBD Jember, Tim SAR OPA Jember, dan Tagana bahu membahu melakukan proses evakuasi.
“Kendala selama proses evakuasi, pertama lokasi kejadian septictank banyak gas amoniak, dan setelah kami cek dengan alat gas detektor oksigennya tipis dan kemungkinan beracun,” ujar Koordinator Pos Basarnas Jember Asnawi usai proses evakuasi, Jumat (1/2/2019).
Kedua dibantu teman-teman rekan lainnya, lanjut Asnawi, satu orang tim masuk ke dalam septictank, dengan alat bantu nafas CBA. “Sistem yang digunakan tali menali, dan proses evakuasi vertical rescue, karena pertimbangan ketinggian,” terangnya.
Untuk kedalaman septictank, sekitar 5 meter dari permukaan tanah hingga permukaan isi kolam penampungan kotoran tersebut. “Untuk isinya (kotoran) tinggal setengah meter. Karena warga berupaya membantu mengeluarkan isi septictank tersebut sebelum kami evakuasi,” katanya.
Diketahui setelah korban kedua diangkat, tim mengganti tabung oksigen, karena stoknya habis, dan proses berlangsung aman dan proses evakusi dilanjutkan.
Setelah itu tim kembali turun ke septictank dan mengeluarkan korban Nuraini sekitar Pukul 18.46 WIB. “Untuk korban Nuraini dapat dikeluarkan dulu, karena terlihat lebih dulu, sedang yang terakhir (Ahmad) karena tidak terlihat dari permukaan dan butuh dicari dulu,” ujarnya
Asnawi juga menyampaikan, saat proses evakuasi posisi korban saling bertumpuk. “Jadi satu persatu dikeluarkan dari dalam,” katanya. Selanjutnya korban pun secara satu persatu dibawa ke depan mushola setempat untuk disucikan dan proses otopsi tidak dilakukan di rumah sakit, tapi langsung di lokasi kejadian.
“Korban menerima hal ini sebagai musibah, dan proses otopsi oleh dokter dilakukan langsung di rumah duka. Setelah itu disucikan dan dimandikan untuk kemudian dimakamkan esok harinya,” pungkasnya. Terkait dugaan kematian, pihaknya menunggu hasil visum dokter.