Ancaman Kerugian Peternak Ayam di Mojokerto Melebihi Batas Kewajaran
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Peternak ayam di Mojokerto memilih kurangi jumlah ternak dibandingkan menelan kerugian dengan jumlah besar. Hal itu menyusul tingginya harga ayam potong di pasar tradisional tak sebanding dengan harga jual ayam hidup.
Peternak ayam asal Dusun Medowo, Desa Mojodowo, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Paser mengatakan, hanya memelihara 3 ribu ekor ayam di kandang miliknya. Itu pun sekadar untuk memenuhi kontrak kemintraan dengan perusahaan distributor ayam.
“Biasanya saya menambah populasi 500 ekor untuk saya jual mandiri. Karena saat ini harga ayam hidup cuma Rp 8 ribu per kilogram, saya hentikan dulu jalur mandiri supaya tidak rugi,” ungkap pria 47 tahun ini.
Menurut Paser, dirinya sengaja menghentikan sementara ternak ayam secara mandiri karena ancaman kerugian sudah di depan mata. Berdasarkan kalkulasi yang dia lakukan, 500 ekor ayam membutuhkan biaya perawatan Rp 13-14 juta. Perawatan tersebut mulai ayam berumur 1 hari sampai siap panen, yaitu umur 40 hari.
“Dari 500 ekor bibit ayam, saat panen menghasilkan 1 ton ayam. Dengan harga saat ini Rp 8 ribu per kilonya, hanya dapat uang Rp 8 juta. Kalau dipaksakan saya bisa rugi Rp 5-6 juta,” jelasnya.
Sebelumnya, hal yang serupa juga dikatakan Alfan Wahyudiono (27) saat di datangi di lokasi peternakannya di Dusun Pandan Kuning, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Mojokerto. Dia berujar, dengan sengaja mengosongkan lokasi ternaknya sejak awal Juni 2019.
Hal ini lantaran, harga ayam hidup dari peternak anjlok menjadi Rp 8 ribu per kilogram. “Sejak saat itu saya hentikan dulu ternak ayam supaya tidak rugi, menunggu sampai harga kembali normal,” tuturnya.
Oleh sebab itu, sampai hari ini kandang ayam Alfan terlihat kosong tanpa seekor pun ayam di dalamnya. Hanya nampak beberapa pekerja membersihkan sisa-sisa sekam bercampur kotoran ayam di dalam kandang.
Menurutnya, Anjloknya harga ayam hidup di tingkat peternak, baru kali ini terjadi dalam waktu lama. Harga selama ini maksimal terjadi selama satu minggu. Setelah itu harga LB kembali normal di kisaran Rp 16-18 ribu/Kg.