FaktualNews.co

Batuk Rejan, Inilah Penyebab dan Pengobatannya

Kesehatan     Dibaca : 1617 kali Penulis:
Batuk Rejan, Inilah Penyebab dan Pengobatannya
Ilustrasi.

SURABAYA, FaktualNews.co – Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran pernapasan yang mudah sekali menular. Penyakit ini dapat mengancam nyawa bila terjadi pada lansia dan anak-anak, khususnya bayi yang belum cukup umur untuk mendapat vaksin pertusis.

Batuk rejan dapat dikenali dari rentetan batuk keras secara terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Seseorang bisa menderita batuk rejan hingga tiga bulan lamanya, sehingga penyakit ini juga biasa disebut “batuk seratus hari”.

Batuk rejan bisa membuat penderita kekurangan oksigen dalam darahnya. Selain itu dapat terjadi berbagai komplikasi, misalnya pneumonia. Bahkan pada beberapa kasus, tulang rusuk penderita mengalami luka akibat batuk yang sangat keras.

Batuk rejan dapat menyebar dengan cepat dari orang ke orang. Maka dari itu, vaksin pertusis diperlukan untuk mencegah seseorang terkena penyakit ini.  Bakteri penyebab batuk rejan biasanya menyebar melalui cairan yang keluar saat penderita batuk atau bersin.

Gejala Batuk Rejan

Umumnya, gejala batuk rejan akan muncul antara 7-21 hari usai bakteri Bordetella pertussis masuk dalam saluran pernapasan seseorang. Perkembangan gejala batuk rejan ada tiga tahapan, terutama pada bayi dan anak kecil, yaitu:

  • Tahap pertama (masa gejala awal). Tahap ini ditandai dengan munculnya gejala-gejala ringan, seperti hidung berair dan tersumbat, bersin-bersin, mata berair, radang tenggorokan, batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa berlangsung hingga dua minggu, dan di tahap inilah penderita berisiko menularkan batuk rejan ke orang di sekelilingnya.
  • Tahap kedua (masa paroksismal). Tahap ini ditandai dengan meredanya semua gejala-gejala flu, namun batuk justru bertambah parah dan tidak terkontrol. Di tahap inilah terjadi batuk keras secara terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Usai serangan batuk, penderita bisa mengalami muntah, umumnya pada bayi dan anak-anak, serta kelelahan. Tahap ini bisa berlangsung dua hingga empat minggu atau lebih.
  • Tahap ketiga (masa penyembuhan). Di tahap ini, tubuh penderita mulai membaik. Meski demikian, gejala batuk rejan bisa tetap ada atau bahkan lebih keras. Tahap pemulihan ini bisa berlangsung hingga dua bulan atau lebih, tergantung dari pengobatan.

Berikut ini beberapa kondisi yang harus segera menerima penanganan dokter:

  • Bayi berusia 0-6 bulan yang terlihat sangat tidak sehat.
  • Penderita kesulitan untuk bernapas.
  • Penderita mengalami komplikasi serius, seperti kejang atau pneumonia.
  • Mengeluarkan bunyi saat menarik napas.
  • Muntah akibat batuk rejan yang parah.
  • Tubuh menjadi memerah atau membiru.

Penyebab Batuk Rejan

Bakteri Bordetella pertussis yang menyebar melalui udara adalah penyebab terjadinya batuk rejan pada seseorang. Bakteri ini masuk dan kemudian menyerang dinding saluran napas penderita dan melepaskan racun.

Pembengkakan saluran napas adalah salah satu cara tubuh bereaksi terhadap racun yang dilepaskan bakteri. Saluran napas yang membengkak bisa membuat penderita harus menarik napas dengan kuat melalui mulut karena kesulitan bernapas.

Hasil tarikan napas yang kuat inilah yang memunculkan bunyi dengkingan (whoop) yang panjang. Cara lain yang akan dilakukan tubuh saat bakteri menginfeksi dinding saluran napas adalah dengan memproduksi lendir kental, kemudian saluran pernapasan merespon untuk mencoba mengeluarkan lendir kental tersebut dengan batuk.

Diagnosis Batuk Rejan

Batuk rejan yang masih pada tahap awal memang cukup sulit untuk didiagnosis, karena penyakit flu atau bronkitis punya gejala-gejala yang hampir serupa. Biasanya dari gejala-gejala batuk pada penderita dan mendengarkan suara batuk yang dihasilkan, dokter sudah bisa mendiagnosis batuk rejan.

Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan tambahan, yaitu:

  • Tes darah. Dalam pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya peningkatan sel darah putih dan antibodi bakteri Bordetella pertussis dalam darah penderita.
  • Pengambilan sampel lendir dari hidung atau tenggorokan. Untuk melihat apakah lendir atau dahak penderita mengandung bakteri Bordetella pertussis.
  • Foto Rontgen. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat apakah paru-paru pasien mengalami peradangan atau penumpukan cairan di dalamnya. Kondisi ini bisa muncul ketika batuk rejan mengalami komplikasi, misalnya pneumonia.

Pengobatan Batuk Rejan

Berhati-hatilah jika mengonsumsi obat bebas untuk mengobati batuk rejan. Karena banyak sekali jenis obat batuk di pasaran yang ternyata tidak ampuh mengobati batuk rejan atau bahkan tidak dapat mengurangi gejalanya.

Pengobatan batuk rejan dibedakan berdasarkan golongan usia penderita. Berikut ini adalah penjelasan secara lengkapnya.

Mengatasi batuk rejan pada bayi dan anak-anak

Pengobatan utama yang diberikan pada golongan usia ini adalah dengan antibiotik guna melawan bakteri penyebab infeksi. Kortikosteroid akan diberikan untuk mengatasi peradangan pada saluran napas. Baik antibiotik dan kortikosteroid bisa diberikan melalui infus. Sungkup oksigen dapat diberikan untuk membantu pernapasan.

Batuk rejan yang cukup parah pada bayi dan anak-anak bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru mereka. Penanganan khusus di rumah sakit akan berkonsentrasi pada pemakaian alat bantu pernapasan (ventilasi) dan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah mereka.

Pada keadaan yang lebih parah, dapat dilakukan oksigenasi membran ekstrakorporeal (extracorporeal membrane oxygenation/ECMO), dimana oksigen akan langsung dialirkan ke tubuh tanpa melewati paru-paru. Prosedur ini akan diberikan jika metode pengobatan lain tidak berhasil dan paru-paru sudah mengalami kerusakan cukup parah.

Penanganan batuk rejan pada remaja dan dewasa

Batuk rejan pada remaja dan orang dewasa biasanya bisa ditangani sendiri di rumah atau dengan antibiotik sesuai resep dokter. Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan di rumah apabila menderita batuk rejan:

  • Konsumsi ibuprofen dan paracetamol, untuk mengatasi gejala demam dan radang tenggorokan.
  • Minum banyak air, untuk menghindari dehidrasi.
  • Keluarkan semua lendir atau muntah saat batuk agar tidak tersedak atau terhirup kembali.
  • Banyak beristirahat.

Penanganan untuk menekan risiko penularan

Ada beberapa langkah pencegahan yang perlu dilakukan untuk menghindari penularan batuk rejan, di antaranya:

  • Bayi dan anak-anak yang mengalami batuk rejan akan ditempatkan di ruang isolasi untuk menghindari penyebaran infeksi.
  • Anak-anak akan diresepkan antibiotik sedikitnya selama 5 hari sebelum mereka kembali ke sekolah. Jika tidak bisa mengonsumsi antibiotik, penderita dianjurkan masuk sekolah setelah 21 hari usai merasakan gejala pertama batuk rejan.
  • Penderita remaja dan dewasa dianjurkan untuk mengonsumsi antibiotik sedikitnya selama 5 hari sebelum berdekatan dengan anak-anak atau pergi beraktiv
  • Penderita dianjurkan untuk menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk.
  • Orang yang menangani atau merawat penderita batuk rejan disarankan untuk mencuci tangan mereka secara rutin dengan sabun.

Komplikasi Batuk Rejan

Penderita batuk rejan yang berisiko besar mengalami komplikasi adalah bayi dan anak-anak. Komplikasi yang mungkin terjadi, baik pada anak-anak ataupun orang dewasa, adalah:

  • Napas tersengal-sengal.
  • Dehidrasi dan penurunan berat badan akibat muntah secara berlebihan.
  • Pneumonia.
  • Tekanan darah rendah.
  • Mengalami kejang-kejang.
  • Kerusakan otak karena kurangnya pasokan oksigen menuju ke otak.
  • Gagal ginjal.

Komplikasi yang terjadi pada bayi di bawah usia enam bulan bisa membahayakan nyawa. Oleh karena itu, mereka membutuhkan penanganan medis secepatnya di rumah sakit.

Khusus pada orang dewasa, batuk rejan dapat menimbulkan komplikasi:

  • Tulang rusuk mengalami memar atau retak.
  • Hernia pada perut (hernia abdominalis).
  • Mimisan.
  • Infeksi telinga.
  • Pecahnya pembuluh darah di kulit atau putih mata.
  • Munculnya sariawan pada lidah dan mulut.
  • Wajah mengalami pembengkakan.

Pencegahan Batuk Rejan

Vaksinasi pertusis adalah cara terbaik untuk mencegah batuk rejan. Biasanya dokter memberikan vaksin pertusis bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, polio (vaksin DPT), dan Hib.

Berikut ini adalah jadwal vaksinasi untuk pertusis:

  • Pada usia 2 bulan.
  • Pada usia 4 bulan.
  • Pada usia 6 bulan.
  • Pada usia 1,5 sampai 2 tahun.
  • Pada usia 5 tahun.

Vaksin pertusis sangat aman, namun terdapat beberapa efek samping yang mungkin dapat muncul setelah penyuntikan dilakukan. Di antaranya adalah rasa nyeri, kulit memerah, dan pembengkakan pada bagian yang disuntik. Selain itu, kemungkinan anak juga akan menjadi rewel atau demam.

Ibu hamil juga perlu mendapatkan vaksinasi pertusis. Mendapatkan vaksinasi pertusis saat hamil membantu melindungi bayi terserang batuk rejan pada minggu-minggu awal usai dilahirkan. Biasanya vaksinasi pertusis akan ditawarkan pada semua wanita hamil saat usia kehamilan mereka antara 28-38 minggu.

Selain pada ibu hamil dan bayi, vaksinasi pertusis tambahan (booster) perlu diberikan karena fungsi perlindungannya cenderung melemah. Vaksinasi tambahan ini bisa diberikan ketika:

  • Remaja. Kekebalan vaksin pertusis akan mulai melemah saat seseorang berusia 11 tahun. Oleh karena itu, usia tersebut menjadi waktu yang tepat untuk mendapatkan booster vaksinasi pertusis.
  • Dewasa. Beberapa jenis vaksin tetanus dan difteri yang diberikan secara berkala tiap 10 tahun sekali juga memiliki fungsi untuk melindungi dari batuk rejan. Vaksin jenis ini juga mengurangi risiko Anda untuk menularkan batuk rejan kepada bayi.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin
Sumber
alodokter.com