FaktualNews.co

30 Tahun Tinggal Sebatang Kara di Kuburan, Mbah Mojo Akhirnya Dipindah ke PSLU

Peristiwa, Sosial Budaya     Dibaca : 1119 kali Penulis:
30 Tahun Tinggal Sebatang Kara di Kuburan, Mbah Mojo Akhirnya Dipindah ke PSLU
FaktualNews.co/Muhammad Hatta
Mbah Mojo saat akan dibawa ke PSLU Desa Kasiyan, Kecamatan Puger

JEMBER, FaktualNews.co – Mbah Mojo (80) warga Lingkungan Sumberdandang, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, Jember yang selama 30 tahun tinggal di pemakaman umum alias kuburan di Kelurahan setempat, akhirnya dibawa ke PSLU (Panti Sosial Lanjut Usia) di Desa Kasiyan, Kecamatan Puger. Kakek yang tinggal sendiri sebatang kara itu dijemput para relawan dari Relawan Mangli Peduli (RMP).

Sebelum menuju tempat tinggal yang baru, Mbah Mojo terlebih dulu diajak jalan-jalan para relawan. Ia dikenalkan dengan lingkungan panti, dengan tujuan agar terbiasa serta dapat kembali bersosialisasi dengan lingkungan pada umumnya. Sebab, kakek sebatang kara ini 30 tahun hidup menyendiri di komplek pemakaman, nyaris tidak pernah bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya.

Karena itu, saat dalam perjalanan menuju panti, kakek ini tampak senang dengan sesekali melihat dari jendela mobil keramaian kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Dan, untuk memberi semangat Mbah Mojo, sebelum sampai di tempat tinggal yang baru, ia sempat diajak makan dengan menu sate kambing di sebuah restoran oleh para relawan. “Saya lama tidak diajak jalan-jalan, apalagi naik mobil,” celetuk Mbah Mojo dalam Bahasa Indonesia yang dicampur dengan aksen bahasa Maduranya, Kamis (24/10/2019) siang.

“Alhamdulillah saya juga diajak makan, saya tidak pernah makan sate. Kalau (nasi) pecel pernah. Kalau makan sehari hanya dua kali, kadang tidak pernah sama sekali. Kadang juga menunggu diberi orang. Biasanya Pak Saroji yang memberi (Ketua RT setempat, red),” tambah Mbah Mojo terus terang.

Adanya anggapan yang sempat beredar di media sosial jika Mbah Mojo sering marah-marah dan berbuat onar di sekitar Komplek Pemakaman Kebonsari, ia menampiknya. “Saya tidak pernah marah, karena marah itu jauh dari rezeki. Saya kalau tidak makan diam aja. Berusaha mencari sendiri dan kerja dulu sebisanya,” ujarnya.

Seperti diketahui, Mbah Mojo sempat dijemput Camat Sumbersari Iswandi, bersama lurah setempat dan salah seorang staf, dari gubuknya di Pemakaman Umum Kebonsari. Penjemputan Mbah Mojo oleh aparat pemerintahan kecamatan dan kelurahan ini dengan dalih untuk penanganan cepat. Karena itu, Mbah Mojo rencananya akan dipindahkan ke Liposos (Lingkungan Pondok Sosial) Kabupaten Jember.

Namun para Relawan Mangli Peduli (RMP) menilai lain. Penjemputan Mbah Mojo dan pengiriman ke Liposos dinilai kurang tepat dan justru akan menimbulkan permasalahan baru. Apapalgi Mbah Mojo sudah berusia renta. Karena itu, RMP minta izin kepada pemerintah dan Liposos setempat untuk merujuk Mbah Mojo ke PSLU (Panti Sosial Lanjut Usia).

“Kalau ditaruh di Liposos, situasinya kurang baik untuk Mbah Mojo. Sebab, usianya Mbah Mojo sudah tua dan lama hidup sebatang kara. Dia perlu penanganan atau pendampingan khusus oleh orang yang sudah berpengalaman. Dia juga butuh sosialisasi dengan lingkungan baru sesuai dengan usianya. Karena itu, lebih tepat jika Mbah Mojo tinggal di PSLU bukan di Liposos,” jelas Zulkifli, salah satu pengurus RMP saat dikonfirmasi.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Fatoni