Bau Menyengat Sungai Ledeng di Modopuro Mojokerto, Diduga Tercemar Pengolahan Usus
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Sungai Ledeng di Dusun Sememi, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto memperihatinkan. Sepanjang kurang lebih 200 meter hanya nampak tumpukan sampah yang diduga berasal dari tempat-tempat pengolahan usus dan sampah rumah tangga.
Kondisi itu sudah berlangsung bertahun-tahun. Bahkan, menurut pengakuan salah satu warga, kondisi itu berimbas pada pasokan air warga sekitar sungai.
Sunari (69) warga setempat mengaku, kondisi sugai Ledeng yang menghubungkan antara desa Salen Bangsal ke Sungai Sadar tercemar oleh limbah sejumlah tempat pengolahan usus yang dikelola oleh warga desa setempat.
“Iya memang semua warga membuangnya di sini, karena tidak ada tempat lain. Kurang lebih ya puluhanlah pengusaha pengelolaan usus yang membuang di sugai Ledeng,” paparnya, Selasa (05/11/2019).
Menurutnya, limbah pengolahan usus dibuang oleh warga dengan cara melewatkan dari saluran irigasi kecil, kemudian tembus ke Sugai. Hal ini membuat sungai Ledeng tercemar dan memprihatinkan.
Selain bau busuk yang ditimbulkannya dari sugai, akibat tercemarnya sugai Ledeng juga berimbas pada tercemarnya air sumur milik warga sekitar.
Warga pun terpaksa merogoh kantong lebih dalam untuk membeli air isi ulang guna kebutuhan konsumsi sehari-hari.
“Air sumur warga di sini sudah tidak layak konsumsi. Untuk masak dan minum, kami beli, sehari satu galon air isi ulang, dan juga harus memperdalam sumur bor. Kalau biasanya antara 8 sampai 10 meter, sekarang harus di atas 12 meter dalamnya,” ujarnya.
Sementara Edi, warga lainnya, mengatakan sungai di Desa Modopuro kondisinya memang sangat memperihatinkan. Air sungai yang sebelumnya bersih kini sudah bercampur limbah.
“Baunya juga sangat menyengat. Kondisi seperti ini sudah sebelas tahun dirasakan warga. Ini sudah agak lumayan, dua pekan lalu air di sini warnanya merah,” ujar Edi, Selasa (5/11/2019).
Tak hanya bau menyengat, sungai yang sebelumnya menjadi andalan warga untuk pengairan sawah itu, kini tidak lagi. Para petani memilih menggunakan air dari sumur bor, meski modal pertanian yang harus dikeluarkan berlibat ganda.
“Karena tanamannya mati kalau kena air dari sungai ini. Sehingga petani dirugikan. Sejak air sungai ini tercemar, hasil panen kami juga turun jika biasanya bisa satu ton, turun menjadi 7-8 kuintal,” imbuhnya.
Menurut Edi, kemungkinan pencemaran itu berasal dari banyaknya rumah industri pengolahan usus. Bahkan, hampir seluruh rumah pemotongan ayam, ususnya dilempar ke sini,” imbuhnya.
Pencemaran aliran sungai Ledeng ini sebenarnya sudah pernah dilaporkan warga ke pemerintah desa dan Pemkab Mojokerto. Namun, nyatanya tidak ada tindakan yang konkret. Hingga kini, air sungai Ledeng masih tercemar dan menimbulkan bau tak sedap.
“Pernah dulu dilaporkan, bahkan sudah ada solusi dari pihak kepolisian. Kalau nanti pembuangannya diatur agar tidak ada pencemaran lagi, tapi nyatanya sampai saat ini tetap saja seperti ini,” jelasnya.
Sementara menurut Afandi, sebenarnya warga tidak mempersoalkan adanya home industri pengolahan usus ayam di desa tersebut. Namun demikian, dia berharap ada solusi terkait pembungan limbahnya.