FaktualNews.co

Jumlah ODP Ratusan, Kasus Corona di Tulungagung Nihil

Peristiwa     Dibaca : 1210 kali Penulis:
Jumlah ODP Ratusan, Kasus Corona di Tulungagung Nihil
FaktualNews.co/Latif/
Bambang Triyono, Plt Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung.

TULUNGAGUNG, FaktualNews.co – Terhitung hingga Jumat (27/03/2020), jumlah pasien dalam pengawasan (PDP)  di Tulungagung, sebanyak 26 orang. Sedangkan orang dalam pengawasan (ODP) sebanyak 410 orang.

Jumlah ODP di Tulungagung adalah tertinggi di Jawa Timur dengan didominasi pekerja migran Indonesia yang tengah pulang kampung.

Sementara untuk 26 PDP, 16 pasien diantaranya dinyatakan negatif COVID-19. Hasil tersebut valid dan bisa dipertanggung jawabkan lantaran data itu dikeluarkan kementerian kesehatan.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung, Bambang Triono,  menjelaskan, pasien yang diambil sampelnya adalah pasien yang berstatus PDP.

Sedang untuk pasien ODP hanya menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Bambang menyatakan bahwa saat ini, sebanyak 16 pasien PDP yang sudah dinyatakan sembuh dan keluar hasil uji lab, menunjukkan hasil negatif.

“Jadi yang diikutkan tes itu yang PDP. Yang ODP tidak. Dari 26 PDP ini yang sudah keluar hasilnya memang dinyatakan negatif,” paparnya, Sabtu (29/3/2020).

Bambang menambahkan, jika memang ada pasien PDP di Tulungagung yang hasilnya positif Covid-19 maka yang akan mengeluarkan pernyataan ialah kementerian kesehatan melalui jubir pemerintah.

Lalu, gubernur juga akan mengumumkan, setelah itu baru dari dinas kesehatan setempat baru boleh menyampaikan. Sehingga bisa dipastikan saat ini di Tulungagung, tidak ada kasus COVID-19.

“Saat ini pemerintah sudah sangat transparan. Jadi gak ada yang ditutup-tutupi. Bilamana ada yang positif, pasti dinyatakan positif, begitupun sebaliknya,” jelas Bambang.

Sementara itu, untuk 410 orang berstatus ODP saat ini tengah diisolasi mandiri di rumah masing-masing.

Temuan ODP ini dari penjaringan di Puskesmas Ngantru dan Bangunjaya. Lebih lanjut, banyaknya temuan ODP di Tulungagung menurutnya dikarenakan dua faktor. Yaitu, sukarela memeriksakan kondisinya ke Puskesmas maupun jemput bola oleh stakeholder karena tahu ada warga yang baru bepergian dari red zone.

“Itu kemungkinannya ada dua. Bisa karena masyarakat saat ini sudah sadar akan himbauan pemerintah daerah. Namun bisa juga, ada laporan dari perangkat desa yang warganya sehabis pulang dari red zone. Sehingga pihak medis langsung jemput bola,” ujarnya.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin