Terminal Kota Probolinggo Lengang, Imbas Pemberlakuan PSBB di Kota Besar
PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Terminal Bayuangga Kota Probolinggo, tampak sepi dan lengang. Tak ada penumpang yang menunggu di ruang tunggu penumpang. Bahkan, tak ada satu pun bus, baik bus antar kota dalam provinsi maupun bus antar kota antar provinsi yang siap berangkat. Puluhan bus menunggu dan parkir di luar tempat pemberangkatan.
Kepala Terminal Bayuangga, Budi Harjo menjelaskan, sudah lama kondisi seperti itu. Namun bertambah parah, setelah Terminal Bus Purabaya Bungurasih, Sidoarjo ditutup mulai Selasa (28/4/2020) dan rencananya akan dibuka kembali 11 Mei mendatang, seiring adanya kebijakan diberlakukannya PSBB (pembatasan social berskala besar).
Meski terminal Bungurasih ditutup, terminal yang dikelolanya masih dibuka alias tidak ikut ditutup. Hanya saja bus yang jurusan ke Surabaya tidak beroperasi dan tidak ada bus yang dari Surabaya masuk ke terminal Bayuangga.
“Nggak ditutup, tetap beroperasi seperti biasa. Kalau bus yang jurusan ke Surabaya, tidak ada yang beroperasi. Bus yang dari Surabaya, juga nggak ada yang masuk ke sini,” katanya, Selasa (28/4/2020) siang.
Untuk sementara, bus yang tetap berjalan atau beroperasi yakni bus jurusan Malang, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi. Dengan demikian, jumlah bus yang berangkat kerja, jauh menurun.
“Turun di atas 50 persen. Kalau sebelumnya ada seratusan lebih yang beroperasi, sekarang tidak sampai. Ya, puluhan saja,” katanya.
Tak hanya disebabkan penutupan terminal Bungurasih, jumlah bus yang beroperasi berkurang, juga disebabkan jumlah penumpang yang terus menurun. Penyebabnya, dimungkinkan karena ada larangan mudik, sehingga masyarakat enggan pulang kampung atau mudik.
“Sepertinya jumlah penumpang akan terus turun. Nggak tahu kalau nanti terminal Bungurasih kalau sudah dibuka lagi,” ujarnya.
Turunnya penumpang dan penutupan terminal Bungurasih, menurut Budi, tidak hanya berdampak pada jumlah bus yang beroperasi. Tetapi berdampak buruk juga terhadap pengelola ponten umum dan jasa penitipan yang ada di dalam terminal dan luar terminal. Penghasilan mereka akan terus merosot, berbanding lurus dengan kondisi terminal.
Bahkan, pendapatan tukang becak, ojek pangkalan, serta angkutan kota juga menurun. Bahkan ada yang sampai tidak mengangkut penumpang sama sekali. Begitu pula dengan nasib pedagang asongan yang mencari penghidupan pada penumpang.
Budi tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi tersebut. “Gimana ya, kondisinya memang demikian. Kita tidak bisa berbuat apa-apa,” pungkasnya.