LAMONGAN, FaktualNews.co – Lamongan salah satu Kabupaten penting di masa lalu yang dibuktikan dengan banyaknya situs purbakala. Salah satu adalah situs purbakala yang ada di Dusun Sedah, Desa Pule, Kecamatan Modo.
Situs Sedah, sesuai namanya, keberadaannya sering dikaitkan dengan Empu Sedah, pujangga Jawa yang menulis Kakawin Bharatayuddha dalam bahasa Jawa kuna.
Lokasi Situs Sedah memang jauh dari pusat kota Lamongan, sekitar 40 km dengan setidaknya dua situs kepurbakalaan, yaitu Punden Sentono atau Punden Sedah dan Prasasti Sedah.
Supriyo, pemerhati budaya Lamongan, mengatakan di sepanjang jalan menuju dua situs itu banyak ditemukan serpihan-serpihan keramik kuna yang diperkirakan berasal dari beberapa negara di asia lain.
“Untuk menuju ke Punden Sentono harus ditempuh dengan jalan kaki sejauh sekitar 500 meter,” kata Supriyo, Sabtu (16/6/2020).
Sekitar 200 meter ke timur dari Punden Sedah terdapat situs Prasasti Sedah. Sepanjang jalan menuju Prasasti Sedah ini juga banyak ditemui pecahan keramik asing kuna seperti pada saat situs Punden Sentono.
“Belum diketahui hubungan antara prasasti dengan ukuran lebar 95 cm, tinggi 153 dan ketebalan 29 cm dengan situs Punden Sentono yang letaknya berdekatan itu. Namun sayang, aksara pada prasasti sama sekali sudah tak terlihat bahkan badan prasasti juga banyak mengalami pelapukan dan kerusakan,” ungkap Priyo.
Di sekitar punden tersebut, terlihat batas pagar batu alam setinggi pinggang yang tertata rapi membentuk area persegi berlapis dengan area yang berbeda luasan. Masing-masing lapisan tersebut terdapat pintu masuk, setidaknya ada tiga pintu pagar menuju area utama dimana sebuah bangunan punden berbentuk menyerupai makam tinggi setinggi 1 meter lebih dengan lapisan batu-batu alam yang menjadi alas dari bangunan punden tersebut.
“Dari sedikit yang saya ketahui mengenai nama Dusun Sedah, tampaknya nama Sedah sangat berkaitan dengan keberadaan Punden Sentono itu yang konon dipercaya sebagai Petilasan Empu Sedah yang hidup pada masa Kerajaan Kadiri di Abad 11,” Terangnya.
Diungkapkan oleh Priyo, Pada area utama dengan luas sekitar 30×30 meter itulah terdapat bangunan persegi panjang yang menyerupai makam tinggi yang terbuat dari batu putih kapur.
“Beberapa fragmen, juga banyak ditemukan di situs ini berupa batu berukir, pipisan, gandik, lumpang batu kecil, umpak, juga batu alam yang di tata menyerupai kursi,” jelas Priyo.
Lebih jauh Priyo menjelaskan Bangunan serupa mirip dengan altar pemujaan di beberapa tempat lain seperti yang terdapat di sekitar gunung penanggungan. Bangunan ini terletak dibagian tengah dan di sekelilingnya banyak terdapat reruntuhan struktur kuna bercampur batu alam.
“Temuan data arkeologi ini juga didukung dengan hasil penelitian Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang melakukan riset kepurbakalaan pada tahun 2013 dan 2014, kalau di sekitar lokasi pada saat itu banyak temuan koin Tiongkok dan sisa terak besi yang mengindikasikan adanya aktivitas pengerjaan logam seperti keris dan senjata,” Priyo menjelaskan.
Masyarakat sekitar, menghubungkan bangunan menyerupai makam tersebut dengan tokoh pujangga Jawa yang bernama Empu Sedah, sesuai dengan nama dusun dimana situs ini berada. “Konon, di sekitar tempat inilah Empu Sedah dan para Sentana kerajaan pada masa Kerajaan Kadiri tinggal,” terang Priyo.
Empu Sedah, pujangga Jawa yang terkenal menulis Kakawin Bharatayuddha dalam bahasa Jawa kuna yang hidup pada masa pemerintahan Jayabaya dari Kerajaan Kadiri atau Panjalu di Jawa Timur.
“Setelah dari sini, Empu Sedah kemudian diangkat menjadi penasehat raja Jayabhaya di Kadiri,” pungkasnya.