Liputan Khusus

Positif Covid-19 di Jombang Terus Bertambah, Mengapa?

JOMBANG, FaktualNews.co – Masa darurat Covid-19 di Kabupaten Jombang, sesuai dengan surat penetapan status darurat Covid-19 bernomor 188.4.45/215/415.10.1.3/2020 yang ditandangani Bupati Jombang pada 29 Mei 2020 lalu, akan berakhir pada 29 Juli, bulan depan.

Penetapan status darurat Covid-19 untuk rentang waktu 29 Mei-29 Juli itu merupakan perpanjangan dari status darurat Covid-19 sebelumnya yakni mulai 26 Maret hingga 29 Mei 2020.

Di sisa masa perpanjangan ini, ada waktu satu bulan bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang sebelum kemudian akan mencabut status darurat Covid-19 atau memperpanjang kembali status tersebut.

 

Persebaran Covid-19 di Jombang

Data mutakhir persebaran wabah virus Corona yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Jombang, per Minggu (28/6/2020) pukul 15.00 WIB, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Jombang ada 246. Pasien sembuh ada 24 orang dan pasien meninggal 19 orang.

Menurut rilis itu, ada 203 pasiean yang masih dalam penanganan. Mereka tersebar di RSUD Jombang 130 orang, RSUD Ploso 32 pasien, RS Kristen Mojowarno 11 orang dan isolasi mandiri berjumlah 17 orang.

Ada juga pasien yang dirawat di luar daerah, yakni RS Royal Surabaya, RSUD Kabupaten Kediri, RSUD Kertosono, Nasional Hospital Surabaya dan RSSA Malang masing-masing satu pasien.

Rumah sakit lain yang ikut merawat yaitu RS HVA Pare Kediri, RSUD Wahidin SH Mojokerto, RS Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kediri, RSUD dr. Soedono Madiun, masing-masing semuanya merawat dua pasien.

Dalam hitungan persentase, jumlah pasien yang dirawat ada 85,5 persen, sembuh 9,8 persen dan pasien meninggal sebanyak 7,7 persen.

 

Tren Kasus Covid-19 Masih Meningkat

Menurut analisa Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Jombang, dr Achmad Iskandar Dzulqornain, tren peningkatan kasus pasien positif di Jombang karena ada dua kemungkinan.

Pertama, jika temuan kasus baru itu berasal dari kasus sebelumnya, itu menunjukkan rantai penularan Covid-19 belum berhasil diputus. Hal ini bisa jadi karena kesadaran dan disiplin masyarakat yang masih perlu ditingkatkan, tracing yang terlambat maupun tindak lanjut hasil tracing belum optimal.

“Kedua, jika temuan kasus positif Covid 19 baru bukan dari kasus sebelumnya, dapat menunjukkan optimalnya kegiatan skrining. Namun juga menunjukkan belum optimalnya kebijakan-kebijakan pembatasan interaksi dan mobilitas masyarakat,” kata Achmad Iskandar Dzulqornain, Minggu (28/6/2020).

Menurutnya, ukuran sebuah daerah dikatakan berhasil melawan Covid 19 adalah terkendalinya penularan Covid 19. Parameter adalah makin berkurangnya temuan kasus positif baru. “Jika masih bertambahnya kasus positif, maka sebaliknya,” katanya.

Namun, lanjut dia menjelaskan, sebagai indikator, ada sejumlah proses yang harus terpenuhi. Di antaranya adalah testing, baik untuk skrining (dengan rapid test misalnya) maupun pemeriksaan swab PCR yang dilakukan secara maksimal.

Itu harus dilakukan, menurut dia, setidaknya pada kelompok rentan tertular seperti tenaga kesehatan, pelaku perjalanan ke/dari wilayah merah, pedagang pasar, buruh pabrik, pegawai kantor, pengguna transportasi umum, sekolah dan pesantren.

“Dengan kata lain, bisa jadi kasus di Jombang terlihat sedikit, tapi lebih karena tidak dicari. Pastilah (ini) bukan tanda keberhasilan,” terang dia.

Indikator kedua, Contact tracing terhadap kasus confirmed harus optimal. Hal itu bisa dilihat dari data kontak yang diperiksa dari kasus confirmed.

“Selanjutnya, alasan ketiga sebuah daerah dikatakan berhasil, angka kesembuhan tinggi dan angka kematian rendah. Ini menggambarkan kualitas tracking dan tracing serta kualitas pelayanan,” tegas Iskandar.

Senada dengan Iskandar, pakar kesehatan masyarakat KH. Zahrul Azhar Asumta, juga berpendapat demikian.

Dia mengatakan, suatu daerah bisa dikatakan berhasil menangani Covif-19 jika bisa menahan penambahan jumlah positif covid melalu tracing atau rapid test yang masif selama 2 pekan berturut-turut. Ditambah peningkatan jumlah pasien positif yang dapat disembuhkan.

Jika angka pasien positif bertambah dan pasien sembuh melandai, bagi Gus Hans itu artinya ada dua kemungkinan. Pertama, itu menunjukan bahwa tim tracing atau rapid test memang benar-benar bekerja sehingga mampu menunjukan angka sebenarnya.

“Kemungkinan kedua, belum diterapkannya protokol Covid dalam tataran teknis di lapangan,” kata Zahrul Azhar Asumta, Sabtu (27/6/2020) .

Ketua Bidang Penanganan GTPP Covid-19 Kabupaten Jombang, dr Puji Umbaran mengatakan pihaknya terkendala keterbatasan perangkat dan tenaga. Alhasil, sangat banyak yang antre untuk mengetahui hasil swab.

Hal ini menurutnya memungkinkan akan ada penambahan lagi jumlah pasien positif Covid-19 di Kabupaten Jombang dalam beberapa waktu kedepan.

Pihaknya melakukan tes swab pada Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) untuk penegakan diagnosis.

“Swab itu untuk evaluasi kesembuhan. Insyaallah PCR kita sudah bisa fungsi satu. Bisa kita percepat,” ungkapnya, Minggu (28/6/2020).

 

Membangun Kesadaran Bersama

Untuk menekan pertambahan dan persebaran Covid-19, menurut Achmad Iskandar Dzulqornain, Pemkab Jombang harus terus mengedukasi masyarakat melalui berbagai media dan strategi yangg tepat.

“Perlu menerjemahkan kaidah-kaidah new norma dalam bentuk yang lebih operasional. Misal, bagaimana kerja di kantor dengan aman, berjualan di pasar dengan aman, bepergian dengan aman, ngaji di pondok aman,” Achmad Iskandar Dzulqornain, menjelaskan.

Untuk menjamin kelangsungan tatanan baru itu, menurut dia, yang tak kalah penting adalah memberikan sanksi bagi pelanggar kaidah-kaidah new norma. “Harus ada tindakan berefek jera dan pembelajaran bagi yang bersangkutan dan masyarakat lainnya,” kata dia.

Sementara KH. Zahrul Azhar Asumta, biasa orang memanggilnya Gus Hans, yang paling efektif dalam pencegahan persebaran virus Corona adalah kedisiplinan bersama dalam menerpakan protokol kesehatan.

“Langkah pencegahannya, patuhi protokol Covid-19, libatkan semua unsur untuk melakukan sosialisasi hingga level bawah, mulai RW, RT dan juga tokoh masyarakat,” kata alumni Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) itu.

Menurut Puji Umbaran, saat ini pemerintah terus menggalakan cara hidup sehat menjelang new normal diterapkan.

“Kita terus kampanyekan pencegahan, melibatkan semua unsur termasuk media. Mulai implementasi new normal dengan protokol kesehatan yang ketat dan tegas,” tandasnya.

 

 

Reporter: Syarif Abdurrahman, Slamet Wiyoto, Beny Hendro