NGAWI, FaktualNews.co – Sejumlah orang tua di Kabupaten Ngawi, mulai merasakan beratnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memfasilitasi anaknya belajar di rumah melalui online atau daring (dalam jaringan). Mereka mengeluhkan biaya untuk membeli kuota internet.
Seperti diketahui, kegiatan belajar mengajar (KBM) di seluruh tingkatan pendidikan dialihkan ke rumah menyusul pandemi Covid-19. Dan hingga kini, KBM sistem daring tersebut masing berlangsung
Salah satu orang tua murid berinisial IS (35) warga Ngawi Kota mengaku berat lantaran harus menyediakan anggaran untuk pembelian kuota internet. Lebih lagi, IS memiliki dua anak yang sama-sama duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
“Hampir setiap minggu, kami harus mengisi paketan internet. Setiap isi kuota paling tidak Rp 50 ribu. Dan kondisi handphone harus on terus tiap hari,” keluh IS, Rabu (29/7/2020).
Keluhan senada juga diungkap EN, juga warga Ngawi Kota. Namun, EN lebih banyak mengeluarkan biaya, karena anaknya baru masuk SMP. EN mengaku sangat berat lantaran hanya mengandalkan penghasilan dari warung kopi.
Sebelumnya, EN mengatakan sudah mengeluarkan dana untuk membayar seragam dan buku penunjang anaknya. Dan kini, EN juga harus merogoh koceknya untuk membeli kuota internet.
“Kemarin saat pendaftaran ulang, saya harus membayar uang seragam, buku penunjang. Belum lagi nyicil uang komite. Ini setiap hari harus membelikan paketan,” ucap EN.
Kedua orang tua murid tersebut, tidak mempersoalkan kebijakan pemerintah itu sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19. Hanya saja, mereka berharap ada kebijakan lain yang solutif terkait dampak diberlakukannya KBM sistem daring, yakni soal pemenuhan kuota internet.
“Ya setidaknya harus dipikirkan juga dampak yang satu ini. Kalaupun dihitung sebagai pengganti uang saku sekolah, ya jauh lebih mahal beli kuota internet jika dibandingkan,” ujar EN.
Selain dana untuk kuota internet, kedua orang tua murid ini juga mengeluhkan pendampingan anak selama KBM daring berlangsung. Mereka mengaku memiliki kesempatan sedikit untuk hal tersebut.
“Kami kan harus bekerja untuk mendapatkan biaya. Tapi, selain bekerja kami harus mendampingi anak belajar lewat online,” katanya.
Namun, keduanya tetap berharap, Covid-19 segera sirna di Indonesia, termasuk di Kabupaten Ngawi. “Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berakhir. Kita para ibu-ibu ini rasanya berat mengalami menjadi peran pengajar,” pungkas EN.