FaktualNews.co

Mengenal Amonuim Nitrat, Bahan Kimia yang Diduga Penyebab Ledakan Beirut

Sains     Dibaca : 850 kali Penulis:
Mengenal Amonuim Nitrat, Bahan Kimia yang Diduga  Penyebab Ledakan Beirut
FaktualNews.co/Istimewa
Asap membubung dalam ledakan di Beirut, Lebanon.

SURABAYA, FaktualNews.co – Tak kurang dari 100 orang tewas dan 5.000 lainnya tewas akibat sebuah ledakan dasyat di daerah pelabuhan Beriut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020).

Ledakan itu, kata Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, diduga berasal dari 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut sejak 2014.

Bisa mengakibatkan ledakan sedasyat itu, apa sebenarnya amonium nitrat itu? Berikut pemaparan yang dikutip dari National Geographic Indonesia.

 

Amonium nitrat

Dilansir dari CBC, amonium nitrat merupakan senyawa kimia dengan formula NH4 NO3 yang dibuat dengan menggabungkan amonium dengan asam nitrat. Ia biasanya digunakan sebagai pupuk untuk keperluan pertanian karena mudah larut.

Meski begitu, amonium nitrat juga kerap digunakan sebagai bahan peledak industri. Alasannya, menurut Andrea Sella, profesor kimia di University College London, adalah karena amonium nitrat sangat efisien.

“Di satu sisi, amonium mengandung hidrogen, sementara di sisi lainnya ada oksigen dan nitrogen. Jadi, ketika kedua bagian dipaksa bersatu, Anda akan mendapatkan gas dalam jumlah besar dan panas yang keluar,” papar Sella, dikutip dari CBC.

Sella mengatakan, dalam jumlah kecil, amonium nitrat tidak berbahaya.

“Ia merupakan molekul yang menarik karena memiliki kristal putih. Saat disimpan di dalam toples, amonium nitrat bisa aman di sana selama bertahun-tahun. Namun, jika ada ‘pemicu’ yang tepat, ia akan meledak,” katanya.

Dalam kasus Beirut, pemicunya adalah kebakaran yang terjadi sebelum ledakan. Api tersebut bertindak sebagai “bahan bakar” bagi amonium nitrat.

Diketahui bahwa jika amonium nitrat didiamkan dari waktu ke waktu, ia dapat mengeras. Hal inilah yang membuat kekuatan ledakan jauh lebih menghancurkan.

Namun, menurut Miriam Diamond, profesor departemen ilmu bumi di University of Toronto, yang paling berbahaya dari peristiwa ini adalah keteledoran manusia.

“Ada masalah penyimpanan. Sering kali—seperti yang terjadi di Beirut—begitu amonium nitrat disimpan, orang-orang melupakannya begitu saja. Ini adalah kesalahan dan kecerobohan manusia,” ungkapnya.

Ini bukan pertama kalinya amonium nitrat menimbulkan ledakan seperti yang terjadi di Beirut. Mungkin, perbandingan terdekat, dilihat dari skalanya, adalah ledakan yang terjadi di Texas pada 1947.

Dilansir Natiolan Geographic Indonesia dari CNN, kala itu, api memicul ledakan yang kemudian merusak 1.000 bangunan dan menewaskan hampir 400 orang, menurut situs Texas Historical Association.

Selain itu, ledakan akibat amonium nitrat juga pernah terjadi di beberapa wilayah lain. “Penyimpanan amonium nitrat yang buruk dapat memicu ledakan, seperti yang terjadi di Oppau, Jerman; Galveston Bay, Texas; dan yang terbaru di Tianjin, Tiongkok pada 2015,” ungkap Sella.

Menurutnya, ada peraturan mengenai bagaimana pemerintah menyimpan amonium nitrat, berapa lama waktunya, dan dalam kondisi seperti apa. Namun, hal-hal tersebut terlupakan dan akhirnya mengarah ke peristiwa mengerikan.

“Ini adalah kegagalan peraturan tentang penyimpanan amonium nitrat. Fakta bahwa zat tersebut dibiarkan begitu saja selama enam tahun, sama saja menunggu ledakan terjadi,” kata Sella.

Ketika amonium nitrat berubah bentuk dari padat menjadi gas, salah satu hasilnya adalah nitrogen dioksida.

Lalu, pada kasus Beirut, apakah nitrogen dioksida dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer itu berbahaya?

“Karena ada api sebelumnya, kemudian disusul ledakan panas, maka gas akan dilepaskan ke arah atas dengan efektif. Dengan begitu, tidak akan ada hal serius yang terjadi di permukaan tanah,” tutur Sella.

Sella menambahkan, “Ketika ledakan di Beirut terjadi, itu mengirimkan gelombang kejut yang bergerak lebih cepat dari kecepatan suara. Udara kemudian dikompresi di depan gelombang kejut. Ini kemudian membuat udara di belakangnya mengembang—biasa disebut sebagai “awan Wilson.”

Awan jamur yang terlihat saat ledakan di Beirut, mengkhawatirkan banyak orang karena mereka mengira negara tersebut diserang bom nuklir.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh